Skip to main content

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 3.5

Polisi yang memeriksa tempat kejadian telah pergi. Penanda kuburan para perintis pada siang hari tampak berbeda pada saat malam. 
Saat malam hari, pepohonan Kunugi terlihat seperti tangan tengkorak, tapi saat ini pohon itu tampak berkilau karena pantulan sinar matahari. 
Segera, perhatianku tertuju pada sekelompok pria. 
Mereka adalah tiga orang yang aku usir kemarin malam, sekelompok orang yang berada di depan makam. 
Aku dapat merasakan kecemasan Kina yang berjalan di dekatku. 
“Orang yang berada paling depan, yang mengenakan pakaian hitam, dia adalah Sendou Jiryuu”, saat mengatakan demikian, agar tidak menunjukkan kelemahannya pada orang lain, Kina memakai topeng elang itu. “Jika mereka ada di sini, itu artinya, orang yang terbunuh kemarin berasal dari klan Sendou”
“........”
Pria yang berusia sekitar 40 tahun itu mengenakan pakaian hitam dengan naga putih yang terlilit pada ujungnya. Ia mencukur rambutnya, dan memiliki kumis putih. Dilihat bagaimanapun, rombongan itu sepertinya bukan orang biasa. Beberapa terlihat mengenakan Hanten (Pakaian pendek khas Jepang) dengan tulisan 「仙」(Pertapa) besar di punggungnya. 
Sekelompok pria itu menatap ke arah kami berdua. 

Kami juga menatap mereka. 
Seorang pria yang berbisik pada Sendou Jiryuu, tidak salah lagi, pria dengan luka gores di wajahnya adalah pria yang menjual Kotarou palsu padaku di atas jembatan itu. 
Aku dan Kina berjalan di antara makam, lalu akhirnya kami berhadapan dengan mereka.
Angin bertiup kencang, mengibarkan rerumputan, dedaunan di pohon, dan lengan pakaian sekelompok pria itu. 
Daerah sekitar benar-benar tenang seperti tempat pemakaman. Mereka terus menatap kami berdua dengan tatapan yang mencekam. Tak ada seorang pun yang angkat bicara. Lalu, aku memutuskan untuk memulai perdebatan ini. “Enyahlah”
“!”
Sendou Jiryuu menenangkan mereka yang kegirangan. 
“Sepertinya kau cukup keberatan untuk pertemuan pertama..... Rupanya kau, ya? Pengawal yang baru-baru ini memasuki wilayah Kodon”
“Ternyata kau, ya!”, gertak Kina. “Kau yang membakar rumahku!”
“Oi, bocah elang, itu hanya alasanmu saja, memangnya kau punya bukti?”, Sendou Jiryuu yang tersenyum tipis mengangkat bahunya, lalu orang-orang jahat itu tertawa licik. 

“Jangan sombong dulu. Bukankah kau sedang menangis di bawah topeng itu, eh?”
“Malam itu, tercium aroma seperti ikan busuk”, balas Kina tak mau kalah.
“Tepat seperti kalian saat ini!”
“Hah?”, Sendou Jiryuu mengangkat bibirnya dengan brutal. “Hei bocah sialan, coba katakan sekali lagi”
“Akan kukatakan berapa kali pun! Kau, dan juga bawahan bodohmu itu sangat bau, tahu! Itulah buktinya, dasar bodoh!”
Salah seorang bawahan itu berteriak dan mencoba menangkap Kina. “Bocah sialan..... diam dan dengarlah, dasar sombong”
Aku menyelengkat kaki orang itu. Tubuhnya condong ke depan, lalu wajahnya menghantam batu nisan. 
BLUGH!
Itu menandakan sinyal awal. Mereka mengeluh dengan mengancam, lalu menyerang kami seperti lebah.

“Jangan sombong kalian!”
“Akan kubunuh kau!”
“Terima ini!”
Aku dan Kina berpencar, lalu menghindari Shuriken yang terbang mendekat. 
Kecekatan Kina sudah kupastikan sejak bermain detektif bersamanya. Selama dirinya tak memicu perkelahian, Kina tak akan tertangkap oleh mereka. 
Sekalipun sampai tertangkap, aku hanya perlu menyerangnya dengan Kunai. Pantulan ini adalah obat yang bagus. 
Namun, jika aku membiarkan bocah ini terluka, sama saja dengan mimpi buruk. Karena itu, aku memutuskan untuk segera menghabisi lawannya. 
Aku menghirup nafas dalam-dalam―
“Katon: Goukakyuu no Jutsu!”, aku menyemburkan api ini pada lawan yang mendekat. Mereka bertiga lari, dan menjadi bola api dengan cepat.
“Uwaaaaaa!”, mereka menjerit di pemakaman. “To, tolong kami!”
Pengikutnya hancur lebur. Mereka frustasi dan saling menyerang satu sama lain. 

“A, apa yang kalian lakukan!”, Sendou Jiryuu yang berada di belakang mereka menjerit seperti anak ayam.
“Bocah seperti ini..... Hei! ce, cepat matikan apinya.....”
Cukup sampai di sana. 
Bersama dengan ucapannya, Sendou Jiryuu merasa ketakutan. 
“Tu, tunggu..... jangan bergerak..... jika kau bicara aku akan mengerti”
“Kukatakan sekali lagi”, aku yang berada di belakangnya meletakkan Kunai di lehernya. 
“Enyahlah”
“Si, siapa kau sebenarnya.....?”
“Uchiha Sasuke”
“!”
“Rupanya kau mengenalku, ya?”
Sekelompok bawahan dengan tatapan kasar mengeluarkan pipa kecil dari dadanya, lalu meniupkannya.
“Itu adalah Kozutsu!”, teriak Kina padaku. “Berhati-hatilah, Sasuke! Jika lemparan batu itu mengenaimu, kau akan mati!”
Saat aku menambahkan sedikit kekuatan, darah itu mengalir dari leher Sendou Jiryuu. 

“Hiik!”, Sendou Jiryuu melompat. 
“Ka, kalian..... cepat simpan benda itu! Apa kalian ingin membunuhku!?”
“Biar aku yang membuangnya”
“A, apa kalian tidak dengar! Cepat buang Kozutsu itu, dasar tidak berguna!”
Semua bawahan itu menuruti perintah Sendou Jiryuu. 
“Sepertinya, kalian semua terlalu dimanjakan oleh kakakku juga, ya”
“Iya, itu sudah berlalu!”, Sendou Jiryuu mengangguk, dan berkeringat deras. 
“Itachi, dia benar-benar memperlakukan kami dengan baik.....”
Sekelompok bawahannya yang menatap dari kejauhan tak mengatakan apa pun. 
“Belas kasihanku tak sebaik kakakku”, ucapku sebelum menendang bokong Sendou Jiryuu.
“Dengar, jangan mendekati Rengyoudou untuk kedua kalinya. Jika tidak, kalian akan bermain denganku”
“I, ingat itu baik-baik!”
Sambil melontarkan ucapannya, Kina melempari batu pada mereka yang kabur dengan tubuh compang-camping itu.

“Jangan pernah kembali lagi!”
Mungkin tak akan selesai begitu saja.
Anak nakal pasti memiliki topeng di wajahnya (memiliki sisi lain).
Tapi, apa yang bisa kulakukan? Mulai hari ini, aku akan meninggalkan desa ini. 
Yang bisa kulakukan adalah menemani permainan detektif ini bersama Kina sedikit lagi. 
Kami berdua memutuskan untuk kembali fokus menyelidiki lokasi kejadian. 
Bendera kecil yang tertancap di atas tanah itu sepertinya menandakan ada seseorang yang mati. Ada satu di rumput, di samping batu nisan dan satu di tepi sungai kecil yang sedikit jauh dari sini. 
“Ini..... sepertinya darah Kunai yang kemarin”
Saat melihat apa yang dikatakan Kina, noda darah berwarna hitam yang tersisa di batu nisan itu memang benar adanya. 
Kina mengendusnya ke sana kemari seperti anjing. Ia menyelidiki penanda makam itu satu persatu dengan tekun, merangkak ke tanah untuk memastikan ada tidaknya jejak, dan memanjat pohon Kunugi. 
Aku berniat untuk menyelidiki noda darah pada batu nisan itu, tapi saat membungkukkan tubuhku, tiba-tiba mataku berdenyut. 
“.....tck!”

Rasa sakit yang seolah menusuk segera menyebar ke dalam rongga mataku. 
Bola mataku bergetar sedikit demi sedikit. 
Apa-apaan ini.....?
Kusembunyikan mata ini dengan kedua tanganku. 
Mataku tidak bisa tenang. 
Penglihatanku semakin memudar, tanpa sadar aku menopang tubuhku pada batu nisan itu. 
Kegelisahan ini semakin kuat. Mata ini seperti ingin menyampaikan sesuatu padaku. Mangekyou Sharingan akan bangkit saat membunuh orang terdekat. Jika kuhitung di dalam benakku, 22 hari telah berlalu sejak aku bertarung dengan Itachi―
Rasa sakit di dalam mataku ini, sepertinya disebabkan oleh Mangekyou Sharingan yang sedang berkecambah di mataku. 
Kematian orang terdekat.
Padahal aku sangat membencinya..... bahkan sebelum ajal menjemputnya, aku sangat membencinya dengan seluruh jiwa ragaku..... Saat itu, sambil dituruni hujan lebat, aku sangat bahagia dengan kematian Itachi.

Jika apa yang dikatakan Tobi benar, itu berarti Itachi menyerangku untuk memberiku Mangekyou Sharingan ini.
Kematian orang terdekat.
Kematian orang terdekat, bagi diriku.
Ah, aku bisa melihatnya dengan baik pada mata Itachi. Jauh di dasar kebencianku, yang bahkan tak mampu kulihat. Karena itulah, Mangekyou Sharingan ini berpihak padaku. 
Apa yang harus kulakukan?
Apakah Itachi mengharapkanku untuk melindungi Konoha?
Apakah itu yang ia harapkan jauh di dalam lubuk hatinya?
Tapi, meskipun aku tak mampu melihat hal yang berada jauh di dalam lubuk hatiku, bukankah aku juga tak mampu melihat hal yang berada jauh di dalam lubuk hati Itachi!
Itachi..... apa kau benar-benar baik-baik saja dengan hal ini? 
Kau bahkan sampai menukar nyawamu untuk klan kita, lalu apakah kami harus melindungi Konoha? 

Hal yang kucari, bukan seperti ini. Bukan cara berakhir yang seperti ini. Hal yang kuinginkan adalah.....
Hatiku termakan oleh api hitam.
“Sasuke.....”, Kina menepuk bahuku. 
“Apa kau baik-baik saja?”
“Jangan menyentuhku seenaknya!”, aku menepis lengannya. 
“Akan kubunuh kau”
“Sasuke.....?”
“Aku sudah muak..... denganmu, dengan kakakmu, dan dengan desa ini.....”, dan aku juga muak dengan diriku sendiri, lebih dari apa pun. 
“Permainan detektifnya, cukup sampai di sini”
Saat aku berdiri dan mengusap mata, tanganku berdarah. Namun, ini seperti air keruh yang tiba-tiba menjadi bening, aku dapat melihat apa pun dengan jelas. Mirip seperti lilin yang sangat bersinar sebelum terbakar. 
Sebelum aku terbakar. 
Hatiku diselimuti oleh Ameterasu dan berpijar. 
“Sasuke, a, ayo kita pulang, hei..... matamu itu, kita harus segera meminta obat matanya pada kakakku.....”
“Jangan pedulikan aku!”

Aku menepisnya.
Tepat saat itu. 
Aku tak mengerti, apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau karena aku telah membangkitkan Mangekyou Sharingan ini. Bagaimanapun juga, saat aku menepisnya, hal itu tercermin di ujung mataku. 
“.....?”
Aku memungut benda itu dari dalam rerumputan. 
“!”, aku tidak tahu apa yang harus kupikirkan. “Mengapa..... mengapa, benda ini ada di sini.....”
“Sa, Sasuke..... ada apa?”
Kina yang terjengkang di tanah, seolah terlihat terkejut, tertawa, dan menangis.
Anak ini, benar-benar mengkhawatirkanku. 
Ia tak berpikir bahwa orang-orang di seluruh dunia ini akan memanfaatkanku atau membuangku seperti kotoran. 
Hal itu masuk akal. 

Api hitam yang membakar hatiku, perlahan meredup, semakin redup, dan akhirnya lenyap tertiup angin musim gugur. 
Aku menyimpan benda yang kupungut di dalam dadaku, lalu mengulurkan tanganku padanya. 
“Maafkan aku”
“Sasuke.....”
“Ayo kita pulang”, Kina menggapai tanganku.
Saat kutarik lengannya, Kina memanfaatkan momen itu, lalu menyentik dahiku.
PIK!
“........”
Aku mengelus dahiku.
“Hehehe”, tawa Kina. “Akan kuampuni kali ini saja, dasar pecundang”
“Dasar bodoh.....”, tanpa sadar aku mengalihkan pandangan. “Sepertinya perutku lapar..... ayo kita makan sesuatu lalu pulang”
“Iya!”
Kami berdua mampir di sebuah kedai teh yang redup di samping tempat pemakaman, lalu melahap Dango yang biasa saja. 

Kina dan Reishi, meskipun musuh mengelilinginya, mereka dapat mengalahkannya. Hanya dua bersaudara. Aku menyadari hal itu, sekali lagi. 
Tidak mungkin aku dapat membenci orang-orang seperti mereka. Tak ada hal yang kucari selain cara hidup mereka berdua. 
Kina menambah Dango yang tidak enak itu, lalu menjejalkan ke dalam mulutnya seolah itu sangat enak. 
Pada akhirnya, ini adalah sore yang menyenangkan. 
.
.
.
Yosh!! Inilah akhir dari Chapter 3, dan minggu depan kita akan masuk ke Chapter 4!!
Cerita ini akan semakin mendekati klimaksnya, tetap nantikan yaaaa^^

Comments

Popular posts from this blog

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Light Novel NARUTO Akatsuki Hiden Saki Midareru Aku no Hana (JUMP JBOOKS) Masashi Kishimoto, Shin Towada, 2015 Shueisha ―BUNGA KEJAHATAN YANG BERMEKARAN― PENGENALAN TOKOH Konan ― Shinobi dari Desa Amegakure Pein ― Shinobi dari Desa Amegakure Tobi ― Pria Bertopeng Zetsu ― Pria Misterius Uchiha Itachi ― Shinobi dari Desa Konohagakure Kakuzu ― Shinobi dari Desa Takigakure Sasori ― Shinobi dari Desa Sunagakure Hoshigaki Kisame ― Shinobi dari Desa Kirigakure Deidara ― Shinobi dari Desa Iwagakure Hidan ― Shinobi dari Desa Yugakure Uchiha Sasuke ― Shinobi dari Desa Konohagakure SINOPSIS Seorang anak lelaki yang ditemui oleh Uchiha Sasuke dalam sebuah perjalanan. Lalu, anak itu bercerita. Ia mengatakan bahwa keluarganya dibunuh oleh “Akatsuki”. “Akatsuki”― sekelompok orang luar biasa yang mengenakan jubah hitam dengan awan merah yang mengapung. Mereka membunuh, merampok, dan membakar. Demi dirinya sendiri, demi orang terkasih, demi uang dan doa, demi seni, demi kedamaian, dan demi bunga yang m...

PROLOG ― AKHIR DARI BALAS DENDAM

狼の哭く日 HARI KETIKA SERIGALA MENANGIS Masashi Kishimoto, Akira Higashiyama, 7 November 2012 Shueisha Diterjemahkan oleh dchazelleee (@96itachiuchiha) Cerita ini dimulai ketika Sasuke berhasil mengalahkan Itachi. Tobi menceritakan segala kebenaran tentang Itachi padanya, kemudian menyerahkan benda peninggalan Itachi. Setelah semua itu, Sasuke memutuskan untuk mencari tahu dan memastikan ucapan Tobi. Kemudian, Sasuke bergerak dengan nama tim Taka setelahnya. Tak ada cahaya yang terpantul di dalam mata ini  Suara yang menyentuh benak pun tak terdengar Tak ada jalan menuju masa depan Hanyalah kesedihan bak serigala yang bertiup kencang menuju dunia . . . Hujan membasahi wajahku― Sejak kapan hujan itu turun? Api hitam itu menelan hutan. Amaterasu itu menghanguskan pepohonan, burung, dan membakar ular. Mengapa benda seperti itu berada di depan mataku? Orang yang tergeletak di bawah kakiku, mengapa Itachi tergeletak di tempat sepert...

PROLOG 1

Sayap kegelapan menyembunyikan langit malam. Bintang-bintang itu berkelip dengan tenang.  Bulan perak yang ia amati dengan tenang menyelimutinya dengan lembut bagaikan buaian.  Namun, sinar rembulan itu terlalu enggan untuk menyinari kaki seseorang.  Ia memerlukan cahaya. Cahaya yang kuat untuk menerangi jalan yang harus ditempuh.  Kegelapan itu secara perlahan terusir ke ujung pegunungan di seberang lautan untuk memenuhi keinginan orang-orang seperti itu.  Bintang itu pergi, bulan itu bersembunyi, dan menyampaikan malam ini akan segera berakhir.  Cahaya permulaan― “Akatsuki”. Suatu ketika, cahaya itu mencoba membakar dunia Shinobi. . . . To be continued