Saat ini aku sedang berdiri.
Berdiri di tengah kabut malam, di tengah hutan yang dalam.
Di sekitarku sangat gelap, aku tak dapat melihat apa pun.
Bulan merah itu menggantung di langit malam.
Dari arah manapun terasa seperti ada yang menatapku. Di dalam celah pohon dan bayangan batu, angin berbisik seperti sesosok hantu, seolah aku merasakan kehadiran Itachi. Di dalam hutan yang gelap ini, aku mendengar suara langkah kaki yang berat dengan nafas terengah-engah datang mendekat.
Aku berniat untuk melarikan diri dari tempat ini, tapi kakiku tenggelam ke dalam tanah dan aku tak dapat berlari sesuai keinginanku. Seekor binatang buas tak dikenal berlari mendekat dari arah atas dan melepaskan taringnya.
"!"
Dengan cepat aku melemparkan Kunai.
DOSH!
Tepat saat Kunai itu tertancap, binatang buas itu berubah menjadi burung gagak yang tak terhitung jumlahnya dan terbawa oleh angin.
".....ts!"
Sekelompok binatang buas tak dikenal itu mengelilingiku. Tubuh mereka melepaskan cahaya dan aku dapat melihatnya dalam kegelapan walaupun samar.
"Mengapa kalian mengejarku?"
Seorang anak laki-laki bertopeng hitam berjalan keluar di antara sekelompok binatang buas itu.
"Itu karena kau melarikan diri"
"Aku tidak melarikan diri"
Sekelompok binatang buas itu tertawa.
"Kebenaran tentang Uchiha Itachi yang diceritakan oleh Tobi.....", ucap anak laki-laki bertopeng.
"Apa kau pikir semua cerita itu benar?"
"Kebenaran tentang..... Itachi?"
Kalimat itu mengalir kuat di dalam kepingan ingatanku.
Pertentangan antara klan Uchiha dan klan Senju merupakan sumber petaka yang tersisa di desa Konoha, orang-orang meninggalkan desa karena mewarisi tekad Uchiha Madara, percobaan untuk melakukan kudeta, dan juga misi yang dipercayakan pada Itachi sebagai mata-mata ganda.
―Dan akhirnya terhubung pada tragedi di malam itu
Tobi yang mengatakan hal itu.
―Itachi berhasil menuntaskan misinya. Tapi, hanya ada satu kegagalan.....
"Siapa sebenarnya Itachi? Bagi Konoha dia adalah mata-mata yang handal, bagi klan Uchiha dia adalah pengkhianat, lalu bagi Akatsuki hanyalah sebuah pion sekali pakai. Dan kau Uchiha Sasuke, bagimu dia adalah....."
"Hentikan!" Aku menutup telingaku erat.
"Hentikan, aku tak ingin mendengarnya lagi..... kuhomon hentikan....."
Malam itu.
Bulan purnama menggantung di langit malam. Cahaya rembulan yang menembus masuk ke dalam ruang gelap, sosok Itachi yang berdiri di belakang ayah dan ibu yang berlumuran darah.
―Jika kau ingin membunuhku, dendamlah! Bencilah aku!
Ucap Itachi saat itu.
―Dan tetaplah bertahan walaupun sulit..... lari dan larilah, tetaplah berpegang teguh pada dirimu.....
Kepalaku terasa ingin meledak.
Aku hanya meringkuk terdiam di tempat itu. Saat itu aku merasa melupakan sesuatu yang berharga.
Apa?
Mengapa aku masih hidup?
Malam itu, aku mengejar Itachi..... pria yang pernah kuanggap sebagai kakak. Saat itu aku masih anak-anak dan ingin menyerangnya..... tapi Kunai yang kulempar hanya mengenai ikat kepalanya. Lalu, Itachi memperbaiki ikat kepala itu, dan.....
"Itachi sudah mati", ucap pria itu.
"Tidak ada seorang pun yang mengetahui kebenarannya. Jika pria itu adalah Uchiha Madara, mengapa ia perlu memberitahukannya padamu? Apa hanya karena kau seorang Uchiha?"
"Target Madara adalah....." ia menahan ucapannya.
"Kebangkitan Uchiha"
"Apa kau serius berpikir seperti itu?"
"Dan ditambah lagi! 16 tahun yang lalu, ia mengendalikan Kyuubi untuk menyerang desa Konoha!"
"Tobi memang mengelak hal itu, dengan kata lain sebut saja ia adalah dalang dari peristiwa penyerangan Kyuubi, dan tujuannya adalah untuk kebangkitan Uchiha. Kalau begitu, apa kau tidak merasa janggal saat ia memberitahumu kebenaran tentang Itachi di saat seperti ini? Ya, itu adalah sebagai kisah yang sebenarnya"
"Apa maksudmu.....?"
"Seharusnya Tobi bisa lebih cepat terbuka padamu", di dalam topeng hitam itu, mata merahnya berkilau.
"Dengan begitu, kau tak akan bertarung dengan Itachi. Setidaknya, kau tak akan dihadapkan dengan cara seperti ini. Jika dipikir, Itachi sengaja menerima seranganmu. Demi membuatmu sebagai pahlawan desa. Jika tujuan Tobi adalah kebangkitan Uchiha, ia tidak mungkin menceritakan hal itu padamu. Jika mengetahui kebenaran Itachi, Uchiha Sasuke, mengenai dirimu..... tidak lain adalah, kau tidak bisa menjadi pahlawan desa. Jika kau menjadi pahlawannya, alangkah baiknya juga bila kebangkitan Uchiha dapat cepat terealisasi. Tapi, pria itu tiba-tiba mengungkapkan kebenaran di saat kau berhasil mengalahkan Itachi. Mengapa seperti itu?"
"Tobi....." dengan pikirian kusut, aku tak bisa berpikir dengan jernih.
"Siapa sebenarnya yang pria itu incar?"
"Demi melindungimu―" suara Tobi dan pria itu tumpang tindih.
"Bukan demi melindungimu adalah hal yang pasti"
Sekelompok binatang buas itu tertawa lagi.
"Selain itu, tujuannya adalah bukan juga untuk kebangkitan Uchiha"
"Mengapa..... mengapa kau berkata seperti itu?"
"Mengapa, mengapa, mengapa..... tubuhmu sepertinya akan tumbang karena 「mengapa」"
"Cepat jawab pertanyaanku!"
"Jika hanya untuk kebangkitan Uchiha, tidak perlu sampai melakukan kudeta di Konoha. Orang-orang yang sependapat dengan Madara pergi meninggalkan desa, dan lebih baik membuat dunia baru yang hanya ditempati oleh Uchiha"
"Mengapa....." apa yang dikatakannya itu benar.
"Mengapa ia memberitahuku soal kebenaran itu?"
"Lagi-lagi 「mengapa」 ya?"
"Jawab aku!"
"Aku tak akan memberitahumu. Disini, aku adalah kau, dan kau adalah diriku. Semua yang kukatakan padamu adalah hal yang harus kau sadari oleh dirimu sendiri"
"Apakah..... aku sedang bermimpi?"
"Bisa dikatakan iya, bisa juga tidak"
"Jangan mengelak!"
"Aku tidak mengelak. Memang benar di sini adalah alam bawah sadarmu. Karena itu, tak masalah jika kau ingin menyebutnya sebagai mimpi"
"Alam bawah sadar..... diriku?"
"Benar sekali"
Pandanganku memudar.
"Jika kau adalah hasil dari kesadaranku", aku menatap anak laki-laki bertopeng itu.
"Aku bisa melakukan apapun padamu"
"Tidak mungkin bisa jika Sharinganmu masih seperti itu"
".....Apa maksudmu?"
"Jika kau tak bisa memahami dunia di mana tempat kau dan aku berada saat ini, aku tetap akan muncul berkali-kali", ucapnya sambil menatap langit malam.
"Lihatlah"
Aku mengikuti perkataan dan pandangannya. Yang terbentang di langit malam itu adalah Sharingan berukuran besar sebagai pengganti bulan. Sharingan besar yang seolah menatapku membuat air mata darah mengalir di wajahku.
"Saat ini Itachi sedang menangis di dalam dirimu..... apa kau tahu alasannya?", ia memotong ucapannya.
"Itu karena kau tidak tahu apa-apa tentang dunia ini"
"Apa yang kau bicarakan..... apa maksudmu Itachi tidak bisa beristirahat dengan tenang karena aku tidak bisa memahami mimpiku sendiri?"
"Ada satu pertanyaan untukmu"
"........"
"Tobi adalah pria yang berbahaya. Ia adalah dalang yang tak terungkap oleh siapapun dan pandai memanipulasi orang lain. Demi kedamaian, demi Uchiha, demi Itachi, demi dirimu..... dia tega menutupi kebenaran Itachi dan membiarkanmu mengalahkannya. Untuk apa? Untuk memperkuat rasa kebencianmu"
Aku hanya terdiam dan mendengarkan ucapannya.
"Kau selalu mencoba untuk melapiaskan kebencianmu. Bahkan saat Itachi telah tiada pun, dan kau juga tahu bahwa kau sedang dimanipulasi oleh Tobi, dan kau mencoba mengerahkan kebencianmu terhadap Konoha..... kalau begitu, dengar, dimana dirimu yang sebenarnya berada?"
"Diriku..... yang sebenarnya?"
"Dikendalikan oleh orang lain dan mengendalikan orang lain sesuai kehendakmu sendiri akan terdapat perbedaan yang cukup besar. Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan?"
"Jangan bicara seolah-olah kau tahu segalanya!"
Binatang-binatang itu tertawa dan meraung.
"Selagi kau belum memahaminya, kau tak akan bisa keluar dari mimpi hitam ini. Ingat itu baik-baik....."
Itu adalah ucapan terakhir anak laki-laki bertopeng.
"Aku adalah kau dan juga Itachi, orang yang melihat dengan jelas jatuh bangun klan Uchiha, dan satu-satunya saksi mata"
Saat berikutnya, mimpi hitam itu berubah menjadi potongan teka-teki yang hancur berantakan, membentuk pusaran air, dan berubah menjadi ratusan bahkan ribuan burung yang terbang melesap di udara.
.
.
.
Bersambung
Comments
Post a Comment