Skip to main content

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 2 ー DESA ROUKOKU

Sudah sekitar 8 hari aku berjalan menuju ke arah selatan sejak keluar dari tempat persembunyian Tobi, dan akhirnya aku menemukan lautan. Lalu, aku mengitari pesisir menuju ke arah selatan. Deretan pengunungan yang menjadi tujuanku, jauh berada di teluk yang diselimuti kabut.

Aku terus berjalan.

Walaupun kepalaku masih terasa sakit, setidaknya mataku sudah terasa lebih baik berkat obat mata milik Itachi. Terkadang, pandanganku berkabut dan tiba-tiba penglihatan di depanku memutih. Mungkin, Mangekyou Sharingan ini sedang berakar di dalam diriku. Tanpa sadar saatku melangkah, aku mengenang Itachi tanpa henti. Karena itulah, aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan menanyakan lokasi desa Roukoku pada orang sekitar yang berpapasan denganku.

Dan benar saja, seperti dugaanku. Desa Roukoku telah menyatakan netralitasnya selama beberapa tahun yang lalu. Bukan hanya itu. Seorang nahkoda yang menyeberangiku juga mengatakan hal ini.

"Desa Roukoku itu, hei lihat, di depan sana terlihat tiga buah gunung, 'kan? Dengan kata lain, pegunungan itu disebut sebagai Tiga Serigala (Sanrou), dari yang terdekat adalah Rouki Zan, berikutnya adalah Rougurai Zan..... dan yang terakhir adalah Roukoku Zan yang berada di desa Roukoku yang saat ini kau tuju. Disana adalah desa yang sangat subur. Kau bisa mendapatkan berbagai macam tanaman obat. Karena itulah desa itu juga disebut sebagai Negeri Obat (Kusuri no Kuni)..... pada awalnya, tempat itu adalah desa kecil yang tersembunyi. Di desa itu, ada sebuah klan yang bernama klan Kodon, meskipun tidak seluas lima negara besar Shinobi, mereka bekerja secara kontrak, menjual obat-obatan, dan mencoba untuk menjalani hidup sebagaimana mestinya"

Aku melontarkan pertanyaan padanya.

"Mengapa semua pegunungan itu terdapat huruf Serigala (Ookami)?"

"Itu karena sejak dahulu kala, ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa tempat ini dihuni oleh monster serigala pemangsa (Rouen)"

Nahkoda tua itu memberitahuku sambil mengayuh dayungnya.

"Tingginya mencapai 50 meter, dan di bagian punggungnya terdapat bulu berwarna perak. Wajahnya adalah serigala, tapi tubuhnya seperti harimau, dan ia berjalan dengan dua kaki. Dahulu kala monster itu menyerang desa, melahap hewan ternak dan juga manusia. Dikatakan bahwa nenek moyang dari klan Kodon telah dimusnahkan olehnya. Aku pikir itu hanyalah sebuah legenda, mungkin sekitar 10 tahun yang lalu..... dan ternyata memang benar-benar ada"

"Monster itukah?"

"Di desa Roukoku, banyak sekali korban yang berjatuhan. Tepat pada saat mereka berhasil menguasai bubuk api Aobiko, semua penduduk desa menggunakan bubuk itu dan bermaksud untuk memusnahkan monster serigala itu, tapi mereka semua tidak mampu menghadapinya. Pada akhirnya, tuan Tenma..... oh iya, maksudku tuan Tenma adalah pemimpin klan Kodon 10 tahun yang lalu..... saat itu, tuan Kodon Tenma menggunakan Genjutsu pada monster itu, dan sepertinya berhasil ditaklukkan"

"Sepertinya.....?"

"Tak ada seorang pun yang ingat kejadian itu. Teknik pengobatan hipnotis (Saigenzai) milik tuan Tenma tidak hanya bereaksi pada monster itu saja, tapi juga pada seluruh penduduk desa..... saat para penduduk desa tersadar, monster itu sudah hilang tanpa jejak, dan tuan Tenma sudah mati"

"Apa yang dimaksud dengan Saigenzai?"

"Itu adalah obat yang digunakan klan Kodon pada saat melakukan Genjutsu"

"Jadi maksudnya adalah Genjutsu yang menggunakan obat, begitu?"

"Ya, daripada disebut Genjutsu, mungkin lebih baik disebut Saiminjutsu (Teknik Hipnotis)", ucap nahkoda itu.

"Genjutsu itu, jika penggunanya mati maka akan terlepas, bukan? Jika penggunanya belum melepaskannya, maka sampai kapan pun tak akan bisa lepas, itulah Saigenjutsu milik tuan Tenma. Itu karena ia menggunakan obat saat melakukannya, dan jutsu ini lebih hebat daripada Saiminjutsu"

Aku turun dari kapal, lalu saat menyeberangi dermaga, aku dapat melihat Roukoku Zan disana. 13 hari berlalu sejak aku pergi meninggalkan tempat persembunyian Tobi.

"Teruslah pergi menanjaki gerbang Torii itu! Dengan begitu, kau pasti akan tiba di desa Roukoku!"

Sambil mendengar suara nahkoda tua itu di belakangku, aku menatap gerbang yang pertama. Aku melihat penanda yang tergantung di palang kayu, di sana tertulis <狼哭八十八門> (Gerbang Roukoku 88). Gerbang berwana merah yang saling terhubung, dan lereng hijau yang perlahan semakin merangkak ke atas.

Aku terus berjalan menyusuri gerbang ini dan menanjaki kuil. Sebelum sepuluh gerbang berlalu, aku menyadari apa yang dikatakan nahkoda itu benar adanya.

Di dalam Roukoku Zan, bunga dan rumput berwarna-warni sangat melimpah, dan aku tak pernah melihat yang seperti ini. Karena itulah, gunung ini dihiasi dengan warna-warni yang cerah.

Kupu-kupu putih menari, dan tupai berkeliaran di dahan pohon besar yang berlumut. Dari dalam hutan yang lebat, terdengar suara para binatang buas yang terbawa angin. Bukan hanya tanaman obat saja. Bunga berwarna ungu yang tumbuh di samping kuil itu, bahkan aku tahu bahwa itu adalah tanaman beracun yang bernama Torikabuto.

Aku menanjaki kuil itu.

Saat hutan ini menghalangi cahaya matahari, aku merasa kehilangan waktu begitu cepat. Gerbang Torii dibuat sebagai perbatasan duniawi dan tempat suci. Dahulu, aku pernah mempelajarinya di Akademi Konoha.

Gerbang ini berjumlah sebanyak 88 buah. Tekad kuat dari desa Roukoku demi mencoba melindungi netralitas dapat terlihat di sana. Orang yang mengunjungi desa ini harus meninggalkan kehidupan duniawinya saat menelusuri gerbang satu persatu.

Apakah Itachi juga menyusuri gerbang ini?

Tiba-tiba hal itu terbesit dibenakku.

Mengapa Itachi tidak bisa membuang Konoha dari kehidupannya? Pertanyaan konyol yang tak akan terjawab sampai kapanpun, kulangkahkan kaki ini satu demi satu. Langkah ini terus mendorongku. Tak peduli seberapa cepat langkah ini, aku tak akan bisa menyusul Itachi. Sejauh apa pun kurentangkan tangan ini, pasti tak akan pernah sampai padanya. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah melangkah maju. Dengan begitu, aku dapat mengelabui diriku sendiri saat terus melangkah. Jika tidak begitu, saat hujan itu― saat hujan tanpa henti yang turun membasahi mayat Itachi, bagaimana caranya agar aku bisa menjauhinya?

Satu persatu kutelusuri gerbang ini, selangkah demi selangkah, dan terus menanjaki kuil. Jalan yang seharusnya juga dilalui oleh Itachi, perlahan terus kutanjaki. Saat aku tiba di depan gerbang terakhir, matahari besar terbenam di penghujung bukit Sanrou. Saat menaiki tangga terakhir, tiba-tiba, aku telah berada di penghujung hutan dan melebarkan pandanganku. Kuilnya terus mengarah ke gerbang besar itu. Desa itu dikelilingi oleh tembok tinggi di dalamnya, mungkin gerbang besar ini adalah satu-satunya jalan yang harus kulewati saat keluar masuk.

Dari kejauhan, aku dapat membaca dengan jelas huruf yang tertulis di depan gerbang itu. Gerbang sebelah kiri tertulis <薬> (Obat), dan sebelah kanan adalah <毒> (Racun). Pada kedua sisi kuil, terdapat banyak kios kecil berjajar. Para penjual melantangkan suaranya, berusaha untuk menarik pengunjung di depan kios kecil itu.

"Ayo, silahkan mampir, silahkan dilihat, Kokushi di sini adalah bahan mentah dari pil Hyourougan, lho! Ukon adalah seorang pemasok obat penahan darah milik desa Suna!"

"Ini obat mujarab di tempat kami, hanya sekali oles saja untuk luka, jika anak masuk angin cukup satu sendok teh, dan jika mabuk berat cukup satu sendok makan saja, lho! Ini adalah obat yang bisa mengatasi segala macam penyakit, diambil dari minyak katak (Gama no Abura) milik gunung Myouboku!"

"Pembasmi serangga milikku adalah hasil dari pertarungan berbagai jenis serangga beracun yang dimasukkan ke dalam toples, lalu serangga terakhir yang bertahan hidup digunakan sebagai ramuannya, lho! Karena tak ada obat penyembuhnya, tolong jangan digunakan pada sesama manusia, ya!"

"Oi, kau si penjual minyak katak!, ucap salah satu pengunjung.

"Coba kau minum obat pembasmi serangga ini! Kalau obatmu benar-benar bisa mengatasi segala penyakit, seharusnya tidak masalah,'kan?"

"Yang benar saja kau", ucap penjual minyak katak itu dengan nada sedih, lalu diikuti tawa dari pengunjung lain.

Aku berdiri menanjaki kios mana pun. Bahkan aku pun tak mengerti bagaimana cara menyebut sebagian besar nama obat yang tertulis di sana.

<水蛭>

<首鳥>

<小豆蔲>

<蝉蛻>

<皀莢>

"Tuan, wajahmu terlihat pucat, lho!", ucap penjual yang menangkapku.

"Lingkaran hitam dibawah matamu itu, berasal dari perutmu, 'kan"

"........"

"Obat Hange milikku sangat ampuh, lho. Kalau diminum bersama Touchuu Kasou (Sejenis ulat), kau pasti akan merasa lebih baik 100 kali lipat!"

Aku mengeluarkan kertas pesanan milik Itachi dari dadaku, lalu memperlihatkannya pada pria itu.

"Dimana toko ini berada?"

"Rengyoudou.....?", wajah pria itu tiba-tiba menjadi murung.

"Apa kau ingin pergi ke tempat ini?"

Rengyou..... cara membaca kalimat itu kusimpan dalam ingatanku.

"Iya, bagaimana caranya agar aku sampai ke Rengyoudou?"

Pria itu menghindari kontak mata denganku. Ia terlihat tidak nyaman dengan mengedipkan matanya, menggaruk kepala, dan batuk-batuk. Setelah itu, ia berlari menangkap pengunjung lain agar terhindar dariku.

".....?"

"Tuan, wajahmu terilhat pucat, ya!", penjual yang berbeda meraih lenganku. Kali ini adalah wanita.

"Lingkaran hitam dibawah matamu itu pertanda bahwa zat racun di dalam tubuhmu telah menumpuk"

"Memangnya aku sepucat itu?"

"Bukan itu masalahnya! Kau terlihat seperti tidak tidur selama bertahun-tahun"

"........"

"Ayo, belilah Nindou (Bunga warna putih asli Jepang beraroma manis) di tempatku! Penawar racun, pereda demam, untuk efek diuretik juga cocok, lho!"

"Aku ingin pergi ke tempat ini.....", dan lagi, wanita ini juga menunjukkan reaksi yang sama. Tepat saat aku menunjukkan kertas pesanan itu, ia menjadi gelisah seketika.

"Re, Rengyoudou..... untuk apa, kau pergi ke tempat seperti itu....."

"Aku hanya ingin mengambil obat pesanannya"

Wajah wanita itu memerah seperti ingin memukulku. Ia menatapku, lalu segera kembali ke kiosnya, dan ia terus menatapku dengan tajam. Sebelum tiba di gerbang besar desa, aku bertanya pada tiga orang lagi dimana lokasi Rengyoudou, dan hasilnya tetap sama. Salah satu dari mereka berbisik diam-diam padaku. Orang itu mengatakan bahwa sebaiknya jangan membicarakan Rengyoudou di desa ini.

"Mengapa?"

Pria itu mengembalikan kertas pesanan milik Itachi bagaikan terjangkit virus, dan mengusirku agar jangan mengganggu bisnisnya. Di samping gerbang besar terdapat sebuah kantor pos, dan pejabat itu menjerit dengan pengeras suara.

"Desa kami tidak mendiskriminasi orang sakit! Kami akan membagikan obat kepada siapa pun! Karena netralitas, jika kami menemukan orang yang membawa senjata tanpa izin, dan merencanakan kerusuhan, maka ia akan dihukum berat! "

"Oi, tunggu!"

Langkahku dihentikan.

"Dilarang membawa pedang yang ada di punggungmu itu. Cepat letakkan disini"

"Tidak mau", aku menatapnya sekilas.

"Jika kau memaksaku, ambillah dengan sekuat tenaga"

"Apaaa.....", rintih pejabat itu.

"Kurang ajar, kau menentangku, hah!"

"Aku ingin pergi ke tempat yang kuinginkan. Dan aku tak menerima perintah dari siapa pun. Selain itu, berburu senjata ini tak akan ada artinya"

"........"

"Jika kalian cukup kuat untuk mengambil pedang ini dariku, kalian tidak perlu takut dengan sebuah pedang ini", lontarku pada mereka.

"Sebaliknya jika kalian tak berhasil mendapatkannya, maka aku akan menghancurkan desa ini dengan tangan kosong"

Malu akan hal itu, para pejabat itu mundur dan menggigit lidahnya.

"Apa tujuanmu datang ke desa kami?"

"Untuk menyediakan obat"

"Berapa lama kau akan tinggal?"

"2, 3 hari"

"Toko obat mana yang akan kau kunjungi?"

"Rengyoudou"

Pejabat itu memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Bahkan kau juga, ya?"

".....?"

"Sesungguhnya, aku tak berniat melepaskan pedang itu begitu saja. Karena ada banyak sekali hal yang harus dilakukan pada Saigenzai"

"Aku tidak punya urusan dengan benda itu"

"Bagaimana, ya. Baiklah, aku akan memberitahumu, sejak setahun yang lalu desa ini sudah dilarang untuk menggunakan Saigenzai.... ya ampun, anak muda zaman sekarang hanya menganggap obat-obatan seperti mainan saja"

"Aku sudah mendengarnya saat datang ke sini, apa benar Saigenjutsu adalah obat yang digunakan saat menggunakan Genjutsu agar lebih efektif?"

"Saat ini, siapa yang dapat menggunakan Genjutsu?"

"........"

"Saigenzai adalah obat terlarang yang mengganggu penglihatan, pendengaran, dan kanal setengah lingkaran. Setidaknya, seperti itulah desa kami memposisikannya. Shoutengan, Gokurakuko, Jiaigan, Youshingan..... obat ini dikenal dengan banyak nama, dan semuanya sangat buruk. Jika kau memasukkannya ke dalam tubuhmu, kau akan mati"

Jadi begitu rupanya.

Pantas saja sikap para penjual itu sangat aneh padaku. Mereka mengira bahwa aku seorang pecandu yang datang untuk membeli Saigenzai saat melihat wajah tirusku.

"Bagaimana caranya agar aku dapat ke Rengyoudou?"

"Dengar, orang yang memiliki Saigenzai di desa kami akan dihukum mati"

"Kalau begitu, mengapa kalian tak memeriksa Rengyoudou?"

"Hampir semua penjualnya, mereka mencampurkan obat itu setelah menerima pesanan. Bahan-bahan sebelum pencampuran itu berupa tanaman bunga yang tumbuh disekitar sana. Hal ini tidak bisa disebut sebagai kejahatan karena mereka memiliki tanaman bunga itu"

Begitu rupanya.

"Ini berupa hukuman mati. Bukan tentang kepemilikan senjata secara ilegal", setelah memperingatkanku, pejabat itu menunjuk ke arah matahari terbenam dengan tatapan muak.

"Di sebelah barat desa terdapat kuil Kodon, Rengyoudou berada di belakangnya"
.

Untuk bagian ini, mimin juga kurang yakin gimana cara bacanya, setelah mimin cari tau kurang lebih seperti berikut ini.

<水蛭> (dibaca Suishitsu) - Water Leech

<首鳥> (dibaca Kubi Tori) - Neck Bird (?)

<小豆蔲> (dibaca Shouzuku) - Elettaria Cardamomum

<蝉蛻> (dibaca Senzei) - .....(?)

<皀莢> (dibaca Saikachi) - Honey Locust

Ini adalah Kanji" tersulit yang mimin temui sejauh ini T_T dan kebanyakan kosakata ini mengarah ke jenis obat-obatan, tapi entahlah mimin juga kesulitan mencarinya karena infonya sangat minim sekali dan mohon maaf sekali lagi bila ada kesalahan dalam penerjemahannya :")
.
.
.
Ceritanya akan semakin seru lho, dijamin deh ga bakal nyesel 🙈

Comments

Popular posts from this blog

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Light Novel NARUTO Akatsuki Hiden Saki Midareru Aku no Hana (JUMP JBOOKS) Masashi Kishimoto, Shin Towada, 2015 Shueisha ―BUNGA KEJAHATAN YANG BERMEKARAN― PENGENALAN TOKOH Konan ― Shinobi dari Desa Amegakure Pein ― Shinobi dari Desa Amegakure Tobi ― Pria Bertopeng Zetsu ― Pria Misterius Uchiha Itachi ― Shinobi dari Desa Konohagakure Kakuzu ― Shinobi dari Desa Takigakure Sasori ― Shinobi dari Desa Sunagakure Hoshigaki Kisame ― Shinobi dari Desa Kirigakure Deidara ― Shinobi dari Desa Iwagakure Hidan ― Shinobi dari Desa Yugakure Uchiha Sasuke ― Shinobi dari Desa Konohagakure SINOPSIS Seorang anak lelaki yang ditemui oleh Uchiha Sasuke dalam sebuah perjalanan. Lalu, anak itu bercerita. Ia mengatakan bahwa keluarganya dibunuh oleh “Akatsuki”. “Akatsuki”― sekelompok orang luar biasa yang mengenakan jubah hitam dengan awan merah yang mengapung. Mereka membunuh, merampok, dan membakar. Demi dirinya sendiri, demi orang terkasih, demi uang dan doa, demi seni, demi kedamaian, dan demi bunga yang m...

PROLOG ― AKHIR DARI BALAS DENDAM

狼の哭く日 HARI KETIKA SERIGALA MENANGIS Masashi Kishimoto, Akira Higashiyama, 7 November 2012 Shueisha Diterjemahkan oleh dchazelleee (@96itachiuchiha) Cerita ini dimulai ketika Sasuke berhasil mengalahkan Itachi. Tobi menceritakan segala kebenaran tentang Itachi padanya, kemudian menyerahkan benda peninggalan Itachi. Setelah semua itu, Sasuke memutuskan untuk mencari tahu dan memastikan ucapan Tobi. Kemudian, Sasuke bergerak dengan nama tim Taka setelahnya. Tak ada cahaya yang terpantul di dalam mata ini  Suara yang menyentuh benak pun tak terdengar Tak ada jalan menuju masa depan Hanyalah kesedihan bak serigala yang bertiup kencang menuju dunia . . . Hujan membasahi wajahku― Sejak kapan hujan itu turun? Api hitam itu menelan hutan. Amaterasu itu menghanguskan pepohonan, burung, dan membakar ular. Mengapa benda seperti itu berada di depan mataku? Orang yang tergeletak di bawah kakiku, mengapa Itachi tergeletak di tempat sepert...

PROLOG 1

Sayap kegelapan menyembunyikan langit malam. Bintang-bintang itu berkelip dengan tenang.  Bulan perak yang ia amati dengan tenang menyelimutinya dengan lembut bagaikan buaian.  Namun, sinar rembulan itu terlalu enggan untuk menyinari kaki seseorang.  Ia memerlukan cahaya. Cahaya yang kuat untuk menerangi jalan yang harus ditempuh.  Kegelapan itu secara perlahan terusir ke ujung pegunungan di seberang lautan untuk memenuhi keinginan orang-orang seperti itu.  Bintang itu pergi, bulan itu bersembunyi, dan menyampaikan malam ini akan segera berakhir.  Cahaya permulaan― “Akatsuki”. Suatu ketika, cahaya itu mencoba membakar dunia Shinobi. . . . To be continued