Skip to main content

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 3.3

Sesuai dugaanku, Kina dimarahi Reishi habis-habisan.

"Apa yang kau pikirkan!? Sampai tubuhmu babak belur begini..... dan di bagian sini, jadi inilah alasannya mengapa kau tetap mengenakan topeng itu di rumah!"

"Lalu, sebaiknya aku harus bagaimana!?", bentak Kina tak mau kalah.

"Apa kita akan terus hidup dengan dipermainkan penduduk desa selamanya? Aku akan menunjukkan keberhasilanku pada mereka!"

"Jika tidak ada Sasuke yang menyelamatkanmu..... mungkin kau sudah dibunuh!"

"Jangan samakan aku dengan kakak! Karena aku tidak takut mati!"

BASHH!

Reishi memukul wajah Kina. Meski terjatuh, Kina masih saja menatap Reishi dengan tajam.

"Mereka bilang padaku 「Sebelum ini, aku sudah mengalahkan kakakmu. Semua ini karena dia sudah memetik tanaman obat itu seenaknya」"

"Hentikan....."

"Dasar kakak pengecut!", Kina tak menyerah. "Kau tak mengerti apa pun tentang diriku..... bahkan kau tak bermaksud untuk memahaminya"

"Aku sudah berjanji pada ayah", Reishi menekan kalimatnya dengan pedih. "Aku sudah berjanji bahwa apa pun yang terjadi, aku akan tetap melindungimu"

"Aku ini bukan lagi seorang bocah!"

"Di dunia ini, ada hal yang tidak bisa kita hindari..... kita hanya bisa bersabar"

"Sabar, sabar..... kau selalu saja mengatakan hal itu! Aku sudah bersabar sejak lahir.... sampai kapan aku harus terus bersabar? Bersabar, bersabar..... lalu, apa hal itu akan membuat kita menjadi sedikit lebih baik?"

Reishi menggigit gigi belakangnya.

"Tadi kakak mengatakan bahwa kau sudah berjanji pada ayah..... aku, sudah tahu hal itu"

".....Hal apa?"

"Sebenarnya, kau menyalahkan ayah, 'kan? Saat kau sedang memetik obat-obatan, kau mengucapkannya tanpa sadar"

".....tck!"

"Kau kira tidak ada yang mendengarmu?" Kina menertawakan Reishi.

"「Ayah, mengapa kau melakukan hal itu?」, 「Karena ayah, aku dan Kina sangat menderita」"

"Hentikan....."

"「Ayah, aku membencimu」"

"Hentikan!"

"Sebenarnya, kau hanya takut peperangan, 'kan?"

"Tahu apa kau!"

"Kita ini, sangat tidak berarti bagi desa..... bagaimanapun kita bertekuk lutut pada mereka, hal itu tak akan mengubah apa pun"

"Kina!", teriak Reishi pada Kina yang pergi dari rumah. "Mau ke mana kau!?"

Setelah kepergiannya, kemarahan Kina terus mengantui Reishi.

Untuk beberapa saat yang cukup lama, Reishi memandang tanpa arah seperti orang pikun. Di halaman rumah, jangkrik-jangkrik itu mengalunkan nada yang sejuk.

Shougun Shachuu pada malam ini juga mengerlipkan cahaya hijaunya sembari mencari kasih sayang. Pada bayangan rerumputan, di atas pepohonan, dan di area kuil ini.

"Terima kasih, Sasuke.....", ucap Reishi yang menundukkan kepalanya padaku, itu terlihat mengagumkan. "Sepertinya Kina telah memohon sesuatu yang konyol padamu....."

"Aku tidak perlu ucapan terima kasih. Aku hanya dipekerjakan olehnya"

"Dipekerjakan?"

"Dengan imbalan nasi kepal Okaka"

Saat aku mengatakan hal itu, wajah Reishi sedikit tenang.

Kemudian, ia membuatkanku teh herbal yang sangat pahit.

Aku dan Reishi diam sejenak menyesap teh itu.

"Kina..... tidak, kami berdua adalah pengganggu di desa ini. Karena itulah, ia berusaha untuk menuntaskan peristiwa ini, dan ingin diakui oleh penduduk desa....."

Aku hanya diam meminum teh.

"Aku sering mengingatkannya. Karena itulah, Sasuke, kumohon agar hal ini tidak terjadi lagi....."

"Kau tak perlu cemas"

"........"

"Sejak awal, aku sama sekali tak tertarik pada peristiwa ini. Aku hanya sekedar bermain detektif bersamanya untuk mengisi waktu luang"

Reishi mengangguk.

"Orang asing sepertiku tidak berhak untuk mencampuri masalah ini.....", potongku. "Apa kau tak berniat meninggalkan desa?"

"Aku telah berniat melakukannya berkali-kali"

"........"

"Tapi.....", Reishi menghela nafas, lalu mengubah topik pembicaraan dengan santai.

"Desa ini adalah desa yang makmur. Tempat ini sangat ideal bagi seorang peramu obat. Selain itu....."

Reishi melihat teh panas itu dengan seksama. Seolah jawabannya tertulis di sana. Kemudian, ia melihat ke atas.

"Apa kau berpikir bahwa dunia luar jauh lebih baik dari tempat ini?"

Jawabanku tersumbat.

Konflik antar desa tersembunyi, pembunuhan antar Shinobi, kelompok jahat seperti Akatsuki yang menjadi-jadi, semua orang menjerit untuk perdamaian. Aku tidak bisa mengatakan dunia yang seperti itu masih jauh lebih baik daripada desa ini.

"Maaf", hanya itu yang bisa kukatakan padanya. "Aku telah mengatakan hal yang tak bertanggung jawab tanpa mengetahui kondisinya"

"Tidak apa-apa", Reishi menggelengkan kepalanya. "Melihat Kina yang seperti itu, membuatku juga berpikir begitu"

Uap teh sedikit bergerak ke atas dari teko.

Malam panjang di musim gugur yang tenang, aku merasa seperti tak ada kekhawatiran apa pun. Setidaknya, tidak ada hal yang harus kukhawatirkan.

"Ini hanyalah opiniku saja", setelah mengatakan hal itu, Reishi bercerita dengan tenang.

"Sepertinya, dunia Shinobi akan segera berakhir"

Angin yang bertiup dari teras menggerakkan rumput dalam vas yang berada di lantai. "Teknik baru yang menggantikan Ninjutsu yang akhirnya hanya membuat dunia ini menjadi tempat yang tak pernah terbayangkan"

"Seperti Aobiko yang menggantikan Ninjutsu?"

"Iya", Reishi membasahi tenggorokannya dengan teh, lalu berkata, "Pada awalnya, Aobiko dilatih untuk menyembuhkan keabadian dan segala jenis penyakit, dan terbentuk secara kebetulan. Lalu, klan Kumanoi di desa ini mengalirkan mineral, belerang, dan arang ke dalamnya serta meningkatkan daya ledaknya"

"Mereka bermaksud membuat obat keabadian, dan digunakan sebagai alat untuk membunuh sesama, ya..... Menyedihkan sekali"

"Kesulitan dalam berlatih Ninjutsu bukanlah sesuatu yang dangkal", sambung Reishi.

"Ada banyak sekali nyawa berjatuhan saat di perjalanan. Sebab itulah, tidak semua orang bisa menjadi Shinobi. Lalu, setelah menjadi Shinobi, kita tidak tahu kapan kematian akan tiba pada saat menjalankan misi. Berkali-kali dihadapi oleh kematian..... Shinobi mampu menguasai teknik dan Jutsu yang tidak bisa ditiru oleh orang lain"

"Itu benar"

"Tapi, itulah masalahnya"

".....?"

"10 tahun yang lalu, saat desa ini memutuskan sebagai Negara Netral atau tidak, ada sedikit masalah dengan desa Amegakure. Tanaman yang tumbuh di pegunungan Sanrou, ternyata digunakan sebagai bahan untuk halusinogen. Amegakure mengincar tanaman itu, lalu berangkat ke sana"

"Amegakure, ya..... Aku tidak tahu persis, tapi aku pernah mendengar sebuah desa yang penduduknya banyak menggunakan Genjutsu"

"Dari Sanrou, bahkan sampai ke Nirou..... dengan kata lain, desa Rouki dan desa Rougurai telah jatuh di tangan Amegakure. Para Shinobi dari Amegakure pernah datang ke desa ini. Mungkin kau juga sudah tahu bahwa tidak ada Shinobi yang terkenal di desa ini. Kalau dikatakan pada level Shinobi, desa ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan desa Rouki dan desa Rougurai. Tapi, kami telah menghancurkan Amegakure. Menurutmu, mengapa hal itu bisa terjadi?"

"Karena Aobiko....."

"Tepat sekali", jawab Reishi mengiyakan.

"Klan Kumanoi telah mengembangkan Oozutsu, Kozutsu, Kudama, dan Jidama untuk menggunakan Aobiko dalam peperangan. Cara penggunaannya sangat mudah, hanya dengan menyemprotkan atau menguburnya di tanah. Tidak seperti Shinobi yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mempelajarinya. Bahkan anak kecil pun bisa menggunakannya"

"Dengan kata lain.....", titik terangnya semakin terlihat.

"Jika seorang Shinobi itu mati, maka Ninjutsu tidak bisa digunakan oleh orang lain, tapi Aobiko bisa digunakan oleh siapa pun..... begitu, 'kan?"

"Jika dikatakan pada kemampuan individu, kami tidak bisa melampaui Shinobi Amegakure. Tapi, pertempuran adalah pertarungan tim. Dan, dalam pertarungan tim, kelompok dengan daya tempur yang tinggi adalah pemenangnya"

"Ninjutsu yang didapatkan dari hasil latihan selama bertahun-tahun merupakan sebuah keunikan. Keunikan ini berarti bahwa hal itu tak tergantikan. Jika Shinobi itu dikalahkan, daya tempur sebagai kelompok akan jatuh. Di sisi lain, dalam kasus kami, walaupun ada satu orang terkalahkan, tidak ada pengaruh apa pun terhadap daya tempur sebagai kelompok"

"Lalu, Amegakure berhasil dikalahkan, ya..... Karena itulah, barusan kau mengatakan bahwa dunia Shinobi akan segera berakhir?"

"Iya"

"Tapi, dari nadamu bicara, sepertinya kau tak menginginkan dunia ini berakhir. Mengapa? Bukankah jika dunia ini berakhir, maka tak akan ada lagi pertumpahan darah, 'kan?"

"........", setelah berpikir sejenak, ia seperti menahan ucapannya. "Pertumpahan darah itu..... tak akan lenyap"

"Apa maksudmu?"

"Kami berhasil mengalahkan Amegakure dan memenjarakan banyak Shinobi", ucapnya dengan nafas tak beraturan. Sepertinya, ia mengingat masa lalu. Bahkan sampai lupa untuk berkedip.

"Klan Kumanoi mendesak para tahanan itu ke..... Jidamagahara"

"Jidamagahara?"

"Jidama adalah benda yang terkubur di dalam tanah, lalu menggunakannya. Aobiko direndam oleh sedikit air terlebih dahulu, lalu dimasukkan ke dalam bola, benda ini dirancang untuk meledak jika tekanan diberikan. Karena tekanan ledakan dapat berubah dengan sendirinya, walaupun anak kecil tak sengaja menginjaknya, ledakan itu bisa dicegah. Benda ini dikatakan lebih kuat berkali lipat dari kertas peledak. Dalam persiapan invasi Amegakure, Jidama ini banyak ditanam di sekitar desa..... klan Kumanoi memerintah para tawanan itu berjalan di Jidamagahara. Di lapangan terbuka, orang-orang bersenjata Oozutsu dan Kozutsu mengelilingi mereka. Saat itu, usiaku baru tujuh tahun, tapi..... sampai saat ini, aku tidak bisa melupakan pemandangan itu. Para tawanan yang ingin melarikan diri itu terbunuh dengan tembakan Oozutsu dan Kozutsu. Sedangkan tawanan lainnya, mereka menginjak Jidama, lalu tubuhnya hancur berkeping-keping. !", matanya terbelalak karena terkejut. Hatinya bergejolak kencang.

"Setiap kali Jidama itu meledak, selalu ada sorakan!"

"Reishi....."

"Setelah perang, mereka semua bergembira. Mereka semua tertawa..... darah.... tangan yang terlempar..... di tempatku..... mereka semua tertawa!"

"Reishi..... tenanglah, Reishi"

"Ini bukan salah ayahku.....", lanjut Reishi yang terengah-engah. "Jika memperlihatkan hal seperti itu, siapa pun..... siapa pun..... semuanya tertawa. Mengapa mereka semua tertawa? Apakah sosok kematian seseorang adalah hal yang lucu?"

"Sudah, cukup!", aku memegang bahunya. "Aku sudah mengerti..... tenanglah, Reishi"

Reishi yang membuka lebar matanya, dalam sejenak, ia kehilangan pandangan tentang siapa dirinya, dan di mana ia berada saat ini. Ia membuka mulutnya, lalu menantapku. Kemudian, ia tersadar, dan mengedipkan matanya berkali-kali.

"Kau baik-baik saja?"

"Ma, maaf.....", ia membenahi rambut panjangnya yang terurai, dan memperbaiki posisi duduknya. "Aku benar-benar minta maaf..... atas apa yang telah kulakukan"

"Jangan khawatir", pungkasku. "Yang mengalami kehancuran itu, bukan hanya kau seorang"

"........"

Aku ingin mengakui segalanya tentang Itachi di tempat ini.

Jika aku dapat melakukannya, betapa jauh lebih baik yang akan kurasakan.

Betapa ringannya hati ini.

Aku ingin ada seseorang yang mengatakan padaku bahwa kau tak sendirian. Seseorang yang mengatakan padaku bahwa kau tak bersalah.

Tapi, itu tak mungkin bisa.

Lidahku bagaikan tersegel oleh segel Juin, kalimat itu seperti membeku di dalam mulutku. Itu berarti, manusia seperti diriku adalah manusia yang penuh dengan kesalahan, ke mana pun kaki ini melangkah, aku sadar bahwa aku tidak bisa lari dari kesepian.

Tapi, bukan itu masalahnya.

Masalah utamanya adalah saat mendengar cerita Reishi, itu membuat diriku semakin bersiap untuk terus berbuat lebih banyak kesalahan.

Jika dunia Shinobi akan segera berakhir seperti yang dikatakannya, aku..... aku merasa dapat mengakhirinya dengan tanganku sendiri.

Pertama, aku akan menghancurkan Konoha.

Api hitam yang tenang sejak aku datang ke desa ini, perlahan aku merasakannya semakin membara di dalam tubuhku untuk kedua kalinya.

"Desa ini masih belum siap menggunakan Aobiko..... perubahannya begitu cepat. Siapa pun, tidak bisa mengimbanginya..... saat melihat Jidama yang meledak, mereka semua bertepuk tangan dan bersorak dengan riang seperti anak kecil. Karena itu, ayah..... ayahku, ia hanya sedikit memperlambat kecepatan perubahannya....."

Saat aku berdiri, Reishi terkejut lalu menutup mulutnya.

"Aku sama sekali tak peduli tentang keluargamu"

"Sasuke.....?"

"Kau sama saja dengan penduduk desa lainnya"

".....tck!"

"Seberapa banyak kau tertawa, seberapa banyak kau menangis", aku melihat ke arah Reishi yang berada di bawah.

"Tidak ada bedanya bahwa kalian semua hanya duduk diam mengandalkan bubuk Aobiko itu dan menikmati kedamaian saat ini"

"Itu tidak benar!", Reishi membentakku. "Ayahku bergerak! Ia menggunakan Rouen lalu bermaksud memberitahu seluruh penduduk desa agar tidak memakai bubuk Aobiko itu!"

"Fuh..... kalau begitu, ternyata benar adanya bahwa ayahmu yang melepaskan monster itu, ya", ucapku dingin. "Karena itulah, sangat masuk akal mengapa Kina bersikap seperti itu"

"Tahu apa kau.....", ucapnya dengan suara bergetar.

"Shinobi akan melukai orang lain, itu memang benar. Aku juga adalah seorang Shinobi junior, dan aku juga mengerti bahwa terkadang ada hal yang harus dilakukan. Tapi.... tapi, Shinobi tak akan melupakan orang yang telah melukainya"

"!"

Maaf Sasuke..... ini yang terakhir

"Walaupun para pembunuh keji yang memakai Aobiko itu telah membunuh banyak orang, mereka tak ingat seorang pun", ucap Reishi yang hampir menangis.

"Hal yang ingin ayahku sampaikan pada mereka adalah..... aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, tapi..... jika kau telah merenggut nyawa seseorang demi bertahan hidup, sudah seharusnya, kita tidak boleh melupakan hal itu"

"Jika tidak ada Aobiko itu, kalian semua pasti sudah dihabisi"

".....!"

"Bahkan jika itu tidak masalah bagimu, bagaimana dengan Kina? Apa kau akan membiarkannya yang saat itu masih bayi dibunuh oleh Shinobi Amegakure?"

Reishi terdiam tanpa membalas sepatah kata pun.

Aku turun ke taman dari teras, berjalan keluar dari Rengyoudou, menaiki tangga berbatu sambil mendengar suara serangga, lalu kembali ke kuil. Aku masuk ke dalam altar, lalu berbaring terlentang.

Sepertinya, dunia Shinobi akan segera berakhir. Sambil memandangi langit malam dari balik celah, aku terus memikirkan hal itu tanpa henti. Manusia akan melakukan apa pun demi bertahan hidup.

Mengejar Itachi, dan membalaskan dendam klanku, itu bukanlah apa-apa.

Mulai saat ini, bubuk Aobiko itu akan dibutuhkan banyak orang, melindungi nyawa banyak orang, dan selain itu, akan terus merenggut nyawa banyak orang sampai dunia ini berakhir.
.
.
.
Halo teman-teman, silahkan klik link berikut ini untuk mendukung mimin agar terus berkarya dalam menerjemahkan seri Light Novel Naruto yang lainnya ya ^^

https://trakteer.id/dchazelleee

Sekali lagi mimin ucapkan banyak terima kasih untuk kalian yang setia mengikuti cerita novel ini dari awal sampai saat ini, mimin akan terus memberikan yang terbaik!!! :)
.
Khusus untuk minggu depan, Chapter 3 part 4 dan 5 akan mimin up sekaligus yaaa ^^

Nantikan terus kelanjutannya karena ceritanya akan semakin seru gaes!!!

Comments

Popular posts from this blog

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Light Novel NARUTO Akatsuki Hiden Saki Midareru Aku no Hana (JUMP JBOOKS) Masashi Kishimoto, Shin Towada, 2015 Shueisha ―BUNGA KEJAHATAN YANG BERMEKARAN― PENGENALAN TOKOH Konan ― Shinobi dari Desa Amegakure Pein ― Shinobi dari Desa Amegakure Tobi ― Pria Bertopeng Zetsu ― Pria Misterius Uchiha Itachi ― Shinobi dari Desa Konohagakure Kakuzu ― Shinobi dari Desa Takigakure Sasori ― Shinobi dari Desa Sunagakure Hoshigaki Kisame ― Shinobi dari Desa Kirigakure Deidara ― Shinobi dari Desa Iwagakure Hidan ― Shinobi dari Desa Yugakure Uchiha Sasuke ― Shinobi dari Desa Konohagakure SINOPSIS Seorang anak lelaki yang ditemui oleh Uchiha Sasuke dalam sebuah perjalanan. Lalu, anak itu bercerita. Ia mengatakan bahwa keluarganya dibunuh oleh “Akatsuki”. “Akatsuki”― sekelompok orang luar biasa yang mengenakan jubah hitam dengan awan merah yang mengapung. Mereka membunuh, merampok, dan membakar. Demi dirinya sendiri, demi orang terkasih, demi uang dan doa, demi seni, demi kedamaian, dan demi bunga yang m...

PROLOG ― AKHIR DARI BALAS DENDAM

狼の哭く日 HARI KETIKA SERIGALA MENANGIS Masashi Kishimoto, Akira Higashiyama, 7 November 2012 Shueisha Diterjemahkan oleh dchazelleee (@96itachiuchiha) Cerita ini dimulai ketika Sasuke berhasil mengalahkan Itachi. Tobi menceritakan segala kebenaran tentang Itachi padanya, kemudian menyerahkan benda peninggalan Itachi. Setelah semua itu, Sasuke memutuskan untuk mencari tahu dan memastikan ucapan Tobi. Kemudian, Sasuke bergerak dengan nama tim Taka setelahnya. Tak ada cahaya yang terpantul di dalam mata ini  Suara yang menyentuh benak pun tak terdengar Tak ada jalan menuju masa depan Hanyalah kesedihan bak serigala yang bertiup kencang menuju dunia . . . Hujan membasahi wajahku― Sejak kapan hujan itu turun? Api hitam itu menelan hutan. Amaterasu itu menghanguskan pepohonan, burung, dan membakar ular. Mengapa benda seperti itu berada di depan mataku? Orang yang tergeletak di bawah kakiku, mengapa Itachi tergeletak di tempat sepert...

PROLOG 1

Sayap kegelapan menyembunyikan langit malam. Bintang-bintang itu berkelip dengan tenang.  Bulan perak yang ia amati dengan tenang menyelimutinya dengan lembut bagaikan buaian.  Namun, sinar rembulan itu terlalu enggan untuk menyinari kaki seseorang.  Ia memerlukan cahaya. Cahaya yang kuat untuk menerangi jalan yang harus ditempuh.  Kegelapan itu secara perlahan terusir ke ujung pegunungan di seberang lautan untuk memenuhi keinginan orang-orang seperti itu.  Bintang itu pergi, bulan itu bersembunyi, dan menyampaikan malam ini akan segera berakhir.  Cahaya permulaan― “Akatsuki”. Suatu ketika, cahaya itu mencoba membakar dunia Shinobi. . . . To be continued