Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 4.2

Hari berikutnya, sesuai dugaanku, Kina menghampiriku dengan nafas terengah-engah dan memberitahu hal yang sudah kuketahui. “Aku menemukan mayat lagi!” “Kina, dengar aku”, aku mengatakannya dengan jelas agar tidak salah paham.  “Kakakmu benar. Sebaiknya kita hentikan saja permainan yang berbahaya ini” “.....A, apa-apaan ini, mengapa tiba-tiba begitu?”, Kina mengerucutkan bibirnya. “Jadi kau mengira ini adalah permainan?” “Aku tidak bisa menolongmu lagi” “.....Mengapa?” “Aku sudah terlalu lama tinggal di sini”, ucapku padanya. “Kakakmu sudah melakukan hal yang tepat. Aku juga harus segera kembali ke tempat asalku” “Memangnya tempat asalmu itu seperti apa?” “Entahlah. Tapi, setidaknya, bukan seperti dunia di mana bunga melati itu mekar” Kina menatapku dengan cermat. “Ada apa?” “Mengapa bunga melati? Bahkan aku sama sekali tak mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di danau Kuchinashi” “........” “Mengapa kau bisa tahu?” “Tak usah pedulikan hal itu” Saat hendak menyentik dahinya, Kina ...

CHAPTER 4 ー PENCULIKAN

Aku juga melanjutkan pengawasan setelahnya.  Tapi, bukan mengawasi Kina.  Kejadian itu terjadi lima hari kemudian.  Saat siang hari, Reishi terluka dan dibawa ke rumah sakit. Sebenarnya, akulah yang membawanya ke rumah sakit. Saat memasuki pegunungan untuk memetik tanaman obat, ia tertembak oleh Nagazutsu (Sejenis senjata).  Ini bukanlah kecelakaan. Aku menyaksikan seluruh kejadian itu dari atas pohon.  Reishi memetik tanaman bunga yang bagiku hanya terlihat seperti rumput liar, ia memasukkan ke dalam mulut dan mengunyahnya, mencium aromanya, lalu menuliskan sesuatu di buku rekening kecilnya. Ia menggali tanah, lalu menangkap serangga yang jahat. Perlahan, ia memasuki area pegunungan yang semakin dalam.  Dua kelompok pemburu itu sedang beristirahat di bawah pohon Sugi yang besar. Di samping kiri dan kanan, ada rusa yang terbunuh.  Aku mendengar suara Reishi yang mengucapkan salam pada mereka.  Para pemburu itu mengangguk, lalu mereka terus mengama...

CHAPTER 3.5

Polisi yang memeriksa tempat kejadian telah pergi. Penanda kuburan para perintis pada siang hari tampak berbeda pada saat malam.  Saat malam hari, pepohonan Kunugi terlihat seperti tangan tengkorak, tapi saat ini pohon itu tampak berkilau karena pantulan sinar matahari.  Segera, perhatianku tertuju pada sekelompok pria.  Mereka adalah tiga orang yang aku usir kemarin malam, sekelompok orang yang berada di depan makam.  Aku dapat merasakan kecemasan Kina yang berjalan di dekatku.  “Orang yang berada paling depan, yang mengenakan pakaian hitam, dia adalah Sendou Jiryuu”, saat mengatakan demikian, agar tidak menunjukkan kelemahannya pada orang lain, Kina memakai topeng elang itu. “Jika mereka ada di sini, itu artinya, orang yang terbunuh kemarin berasal dari klan Sendou” “........” Pria yang berusia sekitar 40 tahun itu mengenakan pakaian hitam dengan naga putih yang terlilit pada ujungnya. Ia mencukur rambutnya, dan memiliki kumis putih. Dilihat bagaimanapun, romb...

CHAPTER 3.4

Malam itu, insiden ketujuh terjadi tepat di makam Keisanryou yang Kina awasi. Aku mendengar hal itu langsung dari Kina pada siang hari berikutnya.  “Bukan hanya itu”, ucap Kina yang bersemangat dan mencoba meraihku.  “Yang mati adalah mereka bertiga! Sekelompok pria yang kakinya kau tusuk dengan Kunai. Semua mengatakan rumor bahwa pelakunya adalah orang yang melemparkan Kunai itu!” “Kalau begitu, akulah pelakunya” Sambil melahap imbalan nasi kepal itu, aku berjalan di area kuil lalu menyusuri gerbang.  “Aku akan menyerahkan diri sekarang juga” “Tunggu dulu, Sasuke”, Kina mengejarku. “Kau mau ke mana?” “Sebentar lagi akan berakhir..... lagipula aku sudah mendengar tentang Itachi, aku akan meninggalkan desa ini” “Tapi obat matanya belum selesai” “Selama beberapa hari terakhir ini, mataku baik-baik saja” “Daripada hal itu, ayo kita pergi ke sana!” Aku mengentikan langkahku, lalu menatapnya. “Daripada hal itu.....?” “Hei, hei, ayo kita pergi!” “Dengarkan saat orang lain sedan...

CHAPTER 3.3

Sesuai dugaanku, Kina dimarahi Reishi habis-habisan. "Apa yang kau pikirkan!? Sampai tubuhmu babak belur begini..... dan di bagian sini, jadi inilah alasannya mengapa kau tetap mengenakan topeng itu di rumah!" "Lalu, sebaiknya aku harus bagaimana!?", bentak Kina tak mau kalah. "Apa kita akan terus hidup dengan dipermainkan penduduk desa selamanya? Aku akan menunjukkan keberhasilanku pada mereka!" "Jika tidak ada Sasuke yang menyelamatkanmu..... mungkin kau sudah dibunuh!" "Jangan samakan aku dengan kakak! Karena aku tidak takut mati!" BASHH! Reishi memukul wajah Kina. Meski terjatuh, Kina masih saja menatap Reishi dengan tajam. "Mereka bilang padaku 「Sebelum ini, aku sudah mengalahkan kakakmu. Semua ini karena dia sudah memetik tanaman obat itu seenaknya」" "Hentikan....." "Dasar kakak pengecut!", Kina tak menyerah. "Kau tak mengerti apa pun tentang diriku..... bahkan kau tak bermaksud untuk memahaminya...

CHAPTER 3.2

Sepertinya, walaupun apa yang dikatakan Kina bukanlah kebohongan semata, ini bukan kasus pembunuhan. Sejak hari pertama melakukan pengawasan, Kina bertengkar dua kali sebelum tiba di tempat tujuan. Yang pertama, ada orang mabuk berkata, "Hei bocah Kodon, kau menyembunyikan Rouen di suatu tempat, dan bermaksud untuk menyerang desa, 'kan?", Kina yang naik pitam dipukuli oleh orang itu, dan dibuat babak belur sepenuhnya, sebuah serangan balik yang luar biasa. Yang kedua, para penduduk desa yang jahat mengatakan "Hei bocah Kodon, kau menjual Saigenzai dan dapat untung banyak, 'kan? Berikan sedikit pada kami juga", Kina yang naik pitam dipukuli oleh mereka sampai ia tak dapat berdiri lagi. Meskipun Kina telah hancur babak belur, ia tetap mengawasi makam para perintis desa semalaman penuh bersama Shougun Shachuu (Sejenis serangga). Hari kedua dan ketiga pun masih sama. Alih-alih menangkap pelakunya, Kina mendapati para penduduk desa yang menangkapnya, menghina kel...

CHAPTER 3 ー REISHI DAN KINA

Dengan segera pada malam itu, aku dan Kina melakukan pengintaian― Tidak, lebih tepatnya disebut pura-pura mengintai. Ngomong-ngomong, berdasarkan cerita Kina, semua mayat ditemukan di ujung desa. Cerita yang masuk akal. Jika aku seorang penjahat, maka aku juga akan memilih tempat yang sepi dan melakukannya di sana. "Kemarin, ada tiga orang yang terbunuh di tepi sungai dekat jembatan Suikazura. Sampai saat ini, belum pernah terjadi peristiwa di tempat yang sama secara berurutan. Karena itu, Sasuke, aku ingin kau berada di sini.....", Kina melebarkan petanya dan menunjukkan tempat yang ingin diawasi olehku. "Aku ingin kau mengawasi daerah sekitar danau Kuchinashi" Aku hanya menggumam seadanya. Sejujurnya, aku tak berniat untuk mengawasi danau seperti ini. "Lalu, aku, di sini.....", ia menunjuk sebuah bukit yang hanya sedikit mengarah ke selatan danau Kuchinashi, lalu berkata, "Aku akan mengawasi Keisanryou (Sejenis makam kaisar)" "Bukankah「陵」(...

CHAPTER 2.5

Kina mengunjungiku di hari yang sama, saat petang. Aku duduk di tangga sekitar, memandangi kunang-kunang yang terbang dari rerumputan sambil tertiup angin senja. "Itu bukan kunang-kunang, tahu", ucap Kina memberitahuku. "Itu adalah Shougun Shachuu" "Shougun Shachuu, ya..... baru pertama kali aku mendengarnya" "Serangga ini hanya ada di Sanrou. Selalu ada sepanjang tahun, lho" Aku mengangguk. "Hampir semuanya adalah jantan. Sedangkan yang betina sudah ditangkap oleh toko obat di desa" "Diolah menjadi obat-obatan, ya?" "Aku tidak tahu persis, tapi yang aku dengar dari kakak, sejak Shougun Shachuu betina itu muncul, sepertinya kaum pria menyukainya. Karena itulah yang membuat kaum wanita ingin mengenakan aroma itu pada tubuhnya" "Begitu ya" Shougun Shachuu itu mengapung dengan lembut dari rerumputan, lalu berhenti di wajah Kina. Pada wajahnya yang mengenakan topeng elang. Seekor, lalu seekor lagi. "Mengap...

CHAPTER 2.4

Setelah semalaman membersihkan sisa kebakaran, Kina menyiapkan sarapan untukku. Ia mengenakan topeng di belakang kepalanya. Saat ini, ia mengenakan Samue berwarna kuning muda. "Ini?", ia melepaskan topeng itu dan memperlihatkannya padaku karena menyadari pandanganku. "Ini adalah benda peninggalan ayahku" ".....!" Topeng burung elang. "Ada apa?" "Tidak.....", aku mengalihkan pandanganku. "Aku merasa seperti pernah melihat topeng itu di suatu tempat" "Eehh, di mana?" Aku melihat topeng itu sekali lagi. Tidak salah lagi, aku pernah melihatnya. Jika ditanya di mana aku pernah melihatnya, bagaikan kabut tipis yang berada di kepalaku, aku tidak bisa mengingatnya. "Mungkin..... hanya perasaanku saja", ucapku menyedihkan. "Memangnya itu topeng apa?" "Ini adalah topeng Anbu yang digunakan desa ini pada zaman dahulu", ucapnya bangga dengan mencondongkan dadanya. "Ini adalah topeng asli. Luka ...

CHAPTER 2.3

Klan Kodon selalu melindungi desa ini. Kuil Kodon yang seharusnya sebagai tempat untuk menyembah dewa, kini telah membusuk. Sebuah benda yang sempat mengagungkan kuil ini pada zaman dulu hanyalah sebuah pohon besar yang tumbuh di area kuil. Saat aku menyusuri gerbang yang telah longgar dimakan rayap, terdapat sebuah altar kecil dengan setengah atap. Mitarashi (Tempat para penyembah untuk membersihkan mulut dan tangan yang berada di pintu masuk kuil) yang dipenuhi dengan lumpur dan daun yang berjatuhan. Saisenbako (Kotak untuk menerima persembahan uang yang terletak di depan kuil) yang terbakar dan hangus. Coretan di dinding. Saat aku mengitari bagian belakang altar, ada sebuah tangga berbatu, dan atap rumah terlihat di bawah sana. Meskipun tidak ada cahaya, aku menuruni tangga, lalu berdiri tepat di depan rumah itu. Bagian depan gerbang yang seharusnya masih kokoh 10 tahun yang lalu, kini menjadi miring, dan tampaknya akan runtuh jika tertiup angin. Huruf yang memudar dari papan penand...