Skip to main content

Posts

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Recent posts

EPILOG

“.....Keluarga kami dibunuh oleh ‘Akatsuki’ ” Oomitsu dan Komitsu, mereka adalah kakak beradik yang ditemuinya dalam perjalanan.  Setelah dieluhkan oleh adiknya, Komitsu, Sasuke mengajarkannya Shuriken kertas. Meski dua bersaudara itu mengingatkannya pada Sasuke dan Itachi di masa lalu dan membuatnya merasa tenang, namun kata-kata yang bergumam sambil menyaksikan mentari senja di arah barat itu membuat dada Sasuke terasa sesak. Saat itu, Sasuke yang diwarnai dalam kegelapan telah membunuh banyak orang. Ia tidak ingat siapa saja nama dan jumlah nyawa yang telah direnggutnya.  Mungkin saja, Sasuke telah merenggut orang yang berharga bagi kakak beradik ini.  Apakah ini adalah dosa yang ia tanggung? Sasuke menyadarinya dengan getir.  “Hei, bocah!” Tiba-tiba, terdengar suara jeritan dari belakang. Oomitsu dan Komitsu berbalik dengan tergesa-gesa.  “Sudah kukatakan berkali-kali jangan menginjak bunga itu, ‘kan!” Yang muncul di sana adalah seorang pria yang lebih tua d...

CHAPTER 4.5

Konan mulai berjalan dengan mayat yang telah berubah menjadi potongan daging di belakangnya. Seperti yang dikatakan Madara bahwa pria itu adalah Shinobi dari Iwagakure dan tampaknya ia berkenalan dengan Jinchuuriki Yonbi.  Namun, tak sampai disebut sebagai ajudan, sepertinya ia tidak tahu di mana Jinchuuriki Yonbi itu berada. Pada akhirnya perjalanan ini sia-sia saja.  “..........” Bunga kering yang diberikan Yahiko itu terjatuh di atas tanah.  Kenangan itu manis dan indah. Dunia penuh warna yang diterangi oleh matahari, bunga-bunga indah yang bermekaran itu seolah berbisik bahwa masih ada jalan lainnya pada Konan.  Namun, bunga terindah baginya berada di negara tempat di mana hujan itu turun tiada henti. Konan menginjak bunga itu dan mulai berlari. Itu karena perasaannya pada Yahiko dan Nagato belum mati hingga kini.  “.....Padahal persiapannya sudah sejauh ini, menyedihkan sekali” Zetsu putih bergumam saat ia muncul dari tanah sambil menatap punggung Konan yan...

CHAPTER 4.4

“Lama sekali” Akhirnya, setelah menyeberangi sungai ketiga, Zetsu menunggu dengan bosan. Tampaknya, langkahnya tertunda. “Dari sini, ia hanya perlu pergi ke hulu sungai” Mereka mengatakan bahwa area hulu itu menjadi lembah, dan sepertinya lembah semu itu adalah desa yang dibangun di lereng bukit.  Namun, desa itu telah dihancurkan oleh Kakuzu dan Hidan, dan menyebabkan tanah longsor berskala besar. “Dari sini hanya tersisa setengah hari lagi menuju ke sana. Kupikir kita akan tahu jika melihatnya karena lembah itu berlubang” “Pengarahannya cukup sampai di sini. Selanjutnya, kuserahkan padamu” Ia mengira bahwa dirinya akan menemaninya sampai akhir, namun sepertinya tidak begitu. “Aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan kembali ke Amegakure” “.....Kuharap begitu” Saat berlari di sepanjang sungai, lembah itu perlahan-lahan semakin dalam. Angin berhembus melalui dasar lembah, dan terkadang menyapu air sungai. Hal itu membumbung tinggi dan menyentuh kulit konan seperti kabut. Bagi Kon...

CHAPTER 4.3

“Dari sini, lanjutkan sejenak dengan gunung di arah utara sebagai penandanya. Kita akan bertemu setelah melintasi tiga sungai” “Pastikan agar kau tak termakan karena daerah itu adalah area binatang buas―” Di puncak gunung tempat kami tiba, Zetsu menunjukkannya jalan yang baru.  “Iya”, balas Konan, sejujurnya ia tidak nyaman untuk bergerak sesuai dengan instruksi mereka, namun ia pergi ke arah tempat tujuan itu.  Seperti yang dikatakan Zetsu putih, di sana tak ada jalan dan merupakan area binatang buas. Ia memperhatikan sekitar sambil melompati dahan pohon. Dengan segera, ia menyeberangi sungai yang pertama dan berlari tanpa istirahat, namun sesekali, ia mencium aroma bunga dari dalam jubahnya.  Itu karena ia tidak bisa membuang bunga yang ditemukannya di kaki gunung.  Saat mencium aroma bunga itu, memori lainnya hidup kembali. Kisah setelah ia menerima bunga itu dari Yahiko. “Bunganya.....” Beberapa hari setelah ia membawa pulang bunga itu, bunganya layu secara perla...

CHAPTER 4.2

Tak lama setelah meninggalkan desa Amegakure, hujan itu berhenti dan langit biru mulai menyapa. Langit yang tak tertutup awan hujan itu sangat luas dan tinggi sampai ke mana pun. Dan juga, sinar mentari yang menyilaukan itu menerangi bumi seolah dirinya setara dengan segala makhluk hidup.  Ia sedikit membenci hal itu. Dunia tanpa awan ini begitu berwarna. “Ah, Konan, di sini, di sini―” Di kaki gunung yang mengarah menuju lembah semu, Konan bersatu dengan Zetsu. Ia sudah menyerap bersama pohon. “Masih ada jalur pegunungan di sini. Gunakan itu sebagai penanda untuk menuju ke puncak” “.....Aku mengerti” Percakapannya sangat minim. “Aaaaaa―!”, Konan yang baru saja berniat melanjutkan ke titik pertemuan berikutnya dengan segera, tiba-tiba Zetsu putih itu menjerit. Waspada karena mengira itu adalah musuh, entah mengapa pandangan Zetsu tertuju pada akar pohon yang berada di dekatnya. “.....Ada apa?” “Konan, Konan, lihat ini!” “..........?” “Ini, ini”, Zetsu putih itu menunjuk sesuatu dan ...

CHAPTER 4 ー BUNGA YANG TAK LAYU

Kenangan itu selalu berada di dalam hujan.  Konan melangkahkan kakinya menuju jendela seolah terpanggil oleh suara hujan. Yang terlihat di sana adalah sebuah menara tinggi yang menghadap ke langit dan saluran air yang meningkat karena hujan.   Pemandangan yang tak pernah berubah, sebuah dunia yang kekurangan warna, inilah desa Amegakure. Dikelilingi oleh tiga negara dengan kekuatan militer yang besar, yaitu negara api, negara tanah, dan negara angin, desa ini telah terlibat dalam banyak peperangan. Tiga negara besar itu telah membuat tanah ini menjadi medan perang.  Banyak nyawa yang telah diinjak oleh kekerasan yang tak masuk akal. Konan juga menjadi korban peperangan itu. Orang tuanya juga telah tiada. Keluarganya juga telah tiada. Makanan pun juga tidak cukup. Satu-satunya yang bisa ia dapatkan adalah kematiannya sendiri. Di dalam keputusasaan itu, ada seseorang yang telah menyelamatkannya.  “.....Makanlah ini” Ia anak yang berterus-terang, namun terdapat keh...

CHAPTER 3.10

Kebangkitan yang disebabkan oleh rasa sakit. Merasakan hidup yang disebabkan oleh rasa sakit.  “Uh.....” Kannyuu bangkit dan memegang kepalanya. Di bawah punggungnya, terdapat tumpukan ranting dan dedaunan yang mungkin diterbangkan dari hutan kecil di sekitar rumah. Sepertinya, ranting dan dedaunan ini menyerap tubrukan itu untuknya.  “.....Tck, karyanya!” Hal pertama yang ia pikirikan adalah tembikar-tembikar pada tungku itu. Kannyuu mencari tungku itu sementara pemandangan sekitarnya telah berubah.  “I, itu.....” Saat ia menemukan asap yang mengepul dan mendekat seolah menyeret tubuhnya yang berat, ia mendapati tungku yang telah dihancurkan. Semua tembikar yang berada di dalamnya juga pecah. Kannyuu duduk di tempat itu.  “..........?” Namun, ia melihat bahwa pecahan-pecahan tembikar itu putih bersinar. Pola yang terukir di sana juga terlihat. Kannyuu merobek pakaian yang ia kenakan dan melilitkannya di kedua tangannya, lalu memungut serpihan panas dari dalam tungku...