“Lama sekali”
Akhirnya, setelah menyeberangi sungai ketiga, Zetsu menunggu dengan bosan. Tampaknya, langkahnya tertunda.
“Dari sini, ia hanya perlu pergi ke hulu sungai”
Mereka mengatakan bahwa area hulu itu menjadi lembah, dan sepertinya lembah semu itu adalah desa yang dibangun di lereng bukit.
Namun, desa itu telah dihancurkan oleh Kakuzu dan Hidan, dan menyebabkan tanah longsor berskala besar.
“Dari sini hanya tersisa setengah hari lagi menuju ke sana. Kupikir kita akan tahu jika melihatnya karena lembah itu berlubang”
“Pengarahannya cukup sampai di sini. Selanjutnya, kuserahkan padamu”
Ia mengira bahwa dirinya akan menemaninya sampai akhir, namun sepertinya tidak begitu.
“Aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan kembali ke Amegakure”
“.....Kuharap begitu”
Saat berlari di sepanjang sungai, lembah itu perlahan-lahan semakin dalam. Angin berhembus melalui dasar lembah, dan terkadang menyapu air sungai. Hal itu membumbung tinggi dan menyentuh kulit konan seperti kabut. Bagi Konan yang terbiasa dengan hujan lebat, rasanya lebih aman daripada sinar mentari yang menusuk.
Hutan itu juga semakin dalam, dan tak ada tanda seorang pun. Apakah di tempat seperti ini seseorang benar-benar ada?
“..........”
Bunga yang patah di kaki gunung itu telah layu. Anehnya, aroma itu masih tersisa. Setiap kali ia mencium aroma itu, memori di masa lalunya hidup kembali.
Kenangannya selalu berada di dalam hujan, dan juga, Yahiko dan Nagato berada di sana. Namun, kenangan saling tertawa bersama mereka menghilang setelah hari itu.
Hari itu― hari di mana Yahiko tiada.
Bertujuan untuk perdamaian tanpa mengandalkan kekuatan militer, pemimpin Amegakure, Hanzou, ia mencoba untuk melenyapkan Yahiko dan teman-teman yang mengumpulkan pendukungnya.
Dan Konan adalah penyebab kematian Yahiko. Hanzou menangkap Konan, lalu menggunakan nyawanya sebagai bahan tawar-menawar.
Hanzou meminta Nagato untuk membunuh Yahiko jika mereka ingin menyelamatkan Konan.
―Jangan khawatirkan aku, kalian berdua cepat pergi dari sini!!
Kata-kata yang ia teriakkan saat hujan membasahinya, ia berpikir seperti itu jauh di dalam lubuk hatinya.
Ia tak mempedulikan nyawanya sendiri selama mereka berdua tetap hidup untuknya.
Namun, bukan hanya dirinya yang berpikir seperti itu.
Yahiko meraih tangan Nagato yang gemetar memegang Kunai itu, lalu ia menusuknya pada dirinya sendiri tanpa keraguan.
Lalu, Yahiko mati.
Namun, Konan menganggap bahwa yang mati pada saat itu bukan hanya Yahiko.
Hari itu, di saat itu, Yahiko juga telah mati.
Yahiko telah membunuh dirinya sendiri sebagai seorang “Manusia”.
Nagato, ia anak yang baik hati lebih dari siapa pun, perasaan lembutnya melebihi siapa pun, namun ia berusaha untuk berjuang keras, dan kini ia telah membuang harapan dan impiannya dan menjadi seorang “Dewa”.
―Aku akan menyebarkan rasa sakit yang sesungguhnya pada dunia yang penuh dengan kebencian ini.
Manusia adalah makhluk bodoh yang tak pernah belajar. Tak ada cara lain selain memberikan rasa sakit.
Dan menciptakan perdamaian pada satu waktu. Itulah impian Nagato.
Nagato bekerja sama dengan Madara.
Shinobi yang bertolak belakang dengan ideologi Yahiko mulai bergabung dengan “Akatsuki”.
Mereka akan membunuh segalanya demi mencapai tujuan, menghancurkan segalanya demi mencapai tujuan.
Dan akhir yang mereka tuju adalah―
―Apa kau benar-benar baik-baik saja?
Tiba-tiba, suara itu seolah terdengar.
Saat menengadah dengan terkejut, terlihat cahaya di seberang pepohonan yang tumpang tindih. Dan terdapat aroma bunga yang lembut.
Saat melangkah dengan bingung, ladang bunga itu terbentang luas di ujung hutan yang dikiranya tak berujung.
“Ini.....”
Tiada awan, langit yang cerah, bunga itu sedang bermekaran di tempat matahari bersinar.
Aroma bunga yang manis dan lembut ini mendekap Konan.
―Bunga ini mirip dengan hiasan rambutmu, ‘kan?
Suara Yahiko terngiang kembali. Yahiko memberinya hadiah bunga dengan telinga yang memerah.
―Jika awan air mata darah itu menghilang, sinar fajar menerangi segalanya dengan merata, dan bunga-bunga di daratan Amegakure itu bermekaran, mungkin akan tiba saat di mana sesuatu yang berharga dan ingin melindungi orang yang berharga itu semakin meningkat bagiku
Suara Nagato terdengar olehnya. Suara yang lembut dan tenang.
Lalu, memori masa lalu itu menyerukan Konan.
Apakah akan baik-baik saja jika ia tetap membiarkan Nagato menuju jalan kehancuran?
Ini adalah jalan kejahatan yang menyimpang dari apa yang diharapkan oleh Yahiko, dan merenggut nyawa orang lain yang tak seharusnya.
―Yahiko tidak mungkin menginginkan hal ini.
Perasaannya berdesir, kecemasannya bergejolak. Penyesalan itu menghancurkan benaknya.
Sosok Yahiko terlintas dalam pikirannya.
「.....Konan」
Tatapannya yang lurus itu menatap dirinya. Sosok yang lebih kanak-kanak darinya.
「Aku mengerti, bahwa kau sedang menderita」
Sejak hari itu, Konan selalu memikirkannya.
Alangkah baiknya jika dirinya yang mati.
Saat itu, jika saja ia membunuh dirinya sendiri, lalu membiarkan Yahiko dan Nagato melarikan diri, hal seperti ini tak akan pernah terjadi.
Jika Konan mati, pasti mereka berdua akan sedih.
Namun, mereka pasti akan bangkit kembali.
Jika ada Yahiko, pasti ia akan membimbing Nagato menuju dunia yang cerah. Lalu, meraih perdamaian suatu hari nanti, dan mengundang Jiraiya untuk saling bercerita di tempat persembunyian di mana tempat kami bertiga hidup bersama.
Menyebut nama Konan saja, itu sudah cukup baginya.
Jika mereka berdua tersenyum untuknya, itu sudah cukup baginya.
Namun, Yahiko telah tiada. Dan Konan tidak bisa membawa Nagato ke jalan yang benar.
Konan telah mengubah segalanya.
「Ayo kita sudahi saja」
Yahiko menjangkau tangannya dengan ekspresi yang menyakitkan.
Ia berkata.
「Setidaknya, selamatkanlah dirimu sendiri.....」
“.....Siapa kau!!”
Di sana, Konan berteriak. Ia meletakkan tangannya pada hiasan rambut, mencabut salah satu kertas itu, dan melemparnya ke depan. Kertas itu berubah menjadi Shuriken kertas dan terlihat seperti― menancap bunga-bunga putih yang bermekaran.
Namun, bunga-bunga itu masih bermekaran tanpa menghamburkan dan merusak kelopak bunganya.
Konan menyatukan kedua tangannya setelah mendapatkan keyakinan.
“Kai!!”
Pada saat yang sama, dunia itu berubah bentuk.
“Ini.....”
Bunga yang bermekaran itu menghilang, dan di bawah kakinya, selangkah di depannya adalah neraka yang berlanjut ke dasar lembah.
Tebing di tempat di mana bunga itu berada menjadi runtuh dan terdapat lubang yang besar.
Tanah yang mengeras seperti tanah liat itu menjadi terbuka di sekitar lubang tadi.
Konan meyakinkan dirinya. Bahwa tempat ini merupakan “Lembah semu”.
“Cih, Genjutsunya berhasil dilepas ya!”
Kemudian, seseorang melompat dari belakang. Tempat ini berbahaya untuk dipijaki. Konan melompat ke tepi di seberang lembah.
Hanya di dalam hutan yang luas itulah pohon besar itu tumbang dan terkubur di sana. Mungkin itu adalah sisa pertarungan dari Hidan dan Kakuzu.
“.....Itu adalah musuh desa, tak akan kubiarkan kau lari!”
Lawannya adalah seorang pria. Pria ini pasti seorang Shinobi yang dikatakan oleh Madara dan yang lainnya. Konan menarik napasnya dan mengalirkan kekuatan dalam dirinya.
Saat ia mencoba menerbangkan kertas itu dari tubuhnya, suara itu kembali menggema di benaknya.
―Konan, sudah cukup hentikan.
Itu adalah suara Yahiko.
“.....Tck”
Kali ini bukan hanya itu.
“.....! Yahiko.....”
Yahiko berdiri dihadapannya.
―Sudah cukup, Konan. Kumohon. Selamatkanlah dirimu.
Aroma lembut dan manis itu tericum bersamaan dengan suaranya. Aroma ini, sangat manis, dan manis―
“.....Jadi ini rupanya!”
Konan mengambil bunga putih dan benih itu dari dadanya, lalu membuangnya. Aroma itu menjauh, dan sosok Yahiko semakin memudar. Namun, tidak lenyap sepenuhnya. Konan juga melepaskan jubah “Akatsuki” miliknya yang terserap dengan aroma bunga itu.
―Konan.
Namun, suara kecil Yahiko terdengar. Tangan yang terentang.
Konan menguatkan tekadnya dan mengeluarkan kertas Washi buatan tangan yang melilitkan bunga kering itu.
“Jangan menghina Yahiko!”
Ia mengalirkan Chakra pada kertas itu dan melemparnya ke bayangan Yahiko. Kertas yang berubah menjadi Shuriken kertas itu menyelinap bayangan itu, dan juga.
“Gyaa.....!”
Kertas itu menusuk alis seorang pria yang menutupi Konan dari balik ilusi. Konan yang telah sepenuhnya melepas Genjutsu itu menghasilkan sejumlah kertas dan menutupi pria itu.
“Hiikk.....!”
Kertas itu menempel di sekujur tubuhnya, dan pria yang tubuhnya tertutup seperti kepompong itu jatuh di tempat.
“Sial, mana mungkin ilusi aroma bungaku bisa dihancurkan.....!”
Konan menatap pria yang terguling di bawah kakinya.
“Jadi, itu adalah ilusi yang disebabkan oleh rangsangan penciuman ya”
Mungkin pria ini dapat menaruh aroma yang memiliki efek halusinasi pada bunga. Tampaknya tidak hanya terbatas pada Ikebana (Seni merangkai bunga gaya Jepang) saja. Hanya saja, Genjutsu itu akan memudar saat aromanya menjauh.
“Mengapa kau menyadarinya! Genjutsu ini melacak ingatan, dan merupakan Jutsu yang bisa melenyapkan semangat bertarung bagi siapa pun!”
“Karena semua itu penuh dengan kebohongan”
Konan mengatakannya seolah tanpa khawatir dengan reaksinya.
“Yahiko tak mungkin bersikap seolah membuatku untuk meninggalkan Nagato”
Sejak ia melihat ladang bunga putih itu, ia telah menyadari bahwa semua itu penuh dengan kebohongan.
Memang benar bahwa Yahiko mati karena dirinya. Ia menyesali hal itu. Bahkan ia pernah berpikir bahwa alangkah baiknya jika ia saja yang mati.
Namun, ia sama sekali tak memiliki perasaan untuk menyalahkan Nagato.
Konan percaya pada mereka berdua. Tak peduli jalan apa yang akan dilaluinya, ia akan tetap menyetujui segalanya. Sebab, mereka berdua adalah segalanya bagi Konan.
Konan menatap pria itu.
“Kau telah mencemarkan orang-orang yang berharga bagiku”
Konan juga telah terlalu berlumuran darah.
.
to be continued
Comments
Post a Comment