Konan mulai berjalan dengan mayat yang telah berubah menjadi potongan daging di belakangnya. Seperti yang dikatakan Madara bahwa pria itu adalah Shinobi dari Iwagakure dan tampaknya ia berkenalan dengan Jinchuuriki Yonbi.
Namun, tak sampai disebut sebagai ajudan, sepertinya ia tidak tahu di mana Jinchuuriki Yonbi itu berada. Pada akhirnya perjalanan ini sia-sia saja.
“..........”
Bunga kering yang diberikan Yahiko itu terjatuh di atas tanah.
Kenangan itu manis dan indah. Dunia penuh warna yang diterangi oleh matahari, bunga-bunga indah yang bermekaran itu seolah berbisik bahwa masih ada jalan lainnya pada Konan.
Namun, bunga terindah baginya berada di negara tempat di mana hujan itu turun tiada henti.
Konan menginjak bunga itu dan mulai berlari. Itu karena perasaannya pada Yahiko dan Nagato belum mati hingga kini.
“.....Padahal persiapannya sudah sejauh ini, menyedihkan sekali”
Zetsu putih bergumam saat ia muncul dari tanah sambil menatap punggung Konan yang pergi.
“Hei, Obito?”
Obito yang sedang melihat sebagian kehancuran di dalam hutan menampakkan dirinya pada panggilan itu.
Meski ia menyebut dirinya sebagai Madara, itu hanyalah sosok palsu dan sementara.
“Jika Konan mati, kupikir kebencian Nagato akan semakin kuat.....”
Di balik topengnya, pupil Sharingan itu tak mencerminkan perasaan apa pun.
“Konan memberontak terhadap kita di suatu tempat”
“Saat pertama kali bertemu mereka, Yahiko melarang Konan untuk mendekatiku. Mungkin Konan tidak melupakan hal itu”
Orang yang ia percayai hanyalah Yahiko dan Nagato.
“Hanya saja, aku tahu bahwa jika ada Nagato, ia tak akan berkhianat”
Meski menyerang kelemahannya, gadis itu tak akan goyah. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Masalah ini sudah selesai. Masih ada banyak hal yang harus kita lakukan. Pergilah”
“Ya, ya, aku mengerti”
“Ya ampun, Obito itu kasar sekali”
Zetsu menghilang dalam perkataan Obito.
Angin bertiup kencang, dan jubah Obito berkibar.
“Segalanya berada di atas telapak tanganku.....”
Ia merentangkan telapak tangannya menuju langit tengah hari di mana bulan tak terlihat.
“Tunggu aku, Rin.....”
Awalnya, itu adalah cahaya untuk menerangi sebuah negara yang menangis dalam hujan darah.
Tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya, cahaya itu mengubah makna, mengubah bentuk, dan mengubahnya menjadi kegelapan yang terdalam.
―“Akatsuki”.
Nama yang terukir sebagai penjahat itu akan tetap abadi bersama para pahlawan.
“Akatsuki” itu― tak akan lenyap.
.
to be continued
Comments
Post a Comment