Kenangan itu selalu berada di dalam hujan.
Konan melangkahkan kakinya menuju jendela seolah terpanggil oleh suara hujan. Yang terlihat di sana adalah sebuah menara tinggi yang menghadap ke langit dan saluran air yang meningkat karena hujan.
Pemandangan yang tak pernah berubah, sebuah dunia yang kekurangan warna, inilah desa Amegakure.
Dikelilingi oleh tiga negara dengan kekuatan militer yang besar, yaitu negara api, negara tanah, dan negara angin, desa ini telah terlibat dalam banyak peperangan. Tiga negara besar itu telah membuat tanah ini menjadi medan perang.
Banyak nyawa yang telah diinjak oleh kekerasan yang tak masuk akal. Konan juga menjadi korban peperangan itu. Orang tuanya juga telah tiada. Keluarganya juga telah tiada. Makanan pun juga tidak cukup.
Satu-satunya yang bisa ia dapatkan adalah kematiannya sendiri. Di dalam keputusasaan itu, ada seseorang yang telah menyelamatkannya.
“.....Makanlah ini”
Ia anak yang berterus-terang, namun terdapat kehangatan yang meresap.
Anak laki-laki itu tersenyum pada Konan yang menatapnya dengan terkejut.
“―Yahiko”
Seseorang yang telah memberinya sesuatu yang berharga untuk kedua kalinya pada Konan yang telah kehilangan segalanya.
“―Konan”
Saat itu, namanya dipanggil secara tiba-tiba. Saat berbalik, pria itu sedang berdiri.
Rinnegan dengan tindikan yang sangat menusuk. Ekspresi yang telah kehilangan emosi dan perasaan. Pein Tendou, tubuh Yahiko yang saat ini tak lagi tertawa.
“Sepertinya Madara sedang menuju kemari”
Nagato, sosok yang sama berharganya dengan Yahiko bagi Konan, seseorang yang berbicara padanya melalui suara Yahiko. “Baiklah”, ucap Konan mengangguk dan membalikkan pungunggunya pada hujan.
“Sepertinya ada seseorang yang memiliki informasi mengenai Bijuu di ‘Lembah semu’ ”
“Uchiha Madara”, seorang pria yang duduk dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng itu menatap Pein dan Konan, lalu berkata pada mereka.
Madara. Jika itu adalah seorang Shinobi, siapa pun pasti pernah mendengarnya sesekali, ia adalah salah satu Shinobi legendaris. Ada pun ia adalah seorang pria yang seharusnya telah tiada.
“.....Kudengar bahwa Kakuzu dan Hidan telah menghancurkannya tanpa jejak di sana, apa itu benar?”
Pein melontarkan pertanyaan pada ucapan Madara.
Lembah semu yang juga disebut sebagai “Tougenkyou” adalah desa di mana mereka menjadi karunia kegelapan, yang hidup sedemikian rupa untuk menghindari perhatian publik yang mengincar nyawa mereka.
Ia telah mendengar laporan itu beberapa waktu lalu bahwa Kakuzu dan yang lainnya menemukan tempat itu dan memusnahkannya.
“Lalu, sepertinya ada orang yang selamat dan melarikan diri dari desa itu. Aku sudah memastikannya”
“Dia berasal dari desa Iwagakure, kemungkinan dia adalah teman dekat Jinchuuriki”
Zetsu, sosok yang terlihat menyimpang dari orang lain itu membalas ucapannya menggantikan Madara.
Setengah kiri yang selalu berbicara dengan riang adalah Zetsu putih yang banyak bicara.
Sosok setengah kanan yang bermulut tajam dan tenang adalah Zetsu hitam. Sementara memiliki dua kepribadian, mereka memiliki kemampuan khusus untuk berpindah melalui tanah, menyerap ke pohon, dan juga pandai dalam bidang intelijen dan dukungan logistik.
“Begitulah. Masing-masing Bijuu dan Jinchuuriki adalah masalah rahasia desa. Informasi ini tidak mudah didapatkan”
“Apa itu berarti kita perlu mengumpulkan informasi yang sudah bocor di luar sana?”
“Benar. Demi tujuan kami juga”
“Aa”, Pein juga menyetujui Madara yang berbicara dengan kuat.
“Lalu”, lanjut Madara yang mengangguk puas.
“Aku berniat mengirim anggota ‘Akatsuki’ ke sana.....”
Tiba-tiba, pandangan Madara tertuju pada Konan.
“Kali ini, aku akan memintamu pergi, Konan”
“..........!”
Konan yang duduk di kursi tak sengaja mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Apa yang kau katakan..... Aku tidak bisa pergi dari sini”
Konan memiliki berbagai peran untuk menghubungkan Pein dengan desa Amegakure ini. Ia harus melindungi Pein― Nagato lebih dari apa pun.
“Itu adalah desa yang awalnya ditemukan oleh Kakuzu dan Hidan. Sebaiknya kita serahkan saja pada mereka”
“Saat ini, mereka sedang menjalankan misi yang lain”
“Kalau begitu, bagaimana jika kau serahkan saja pada anggota lainnya.....”
“Konan”
Madara menyela perkataannya dengan nada yang kuat.
“Aku ingin kau juga berkontribusi sebagai ‘Akatsuki’ ”
Konan mengerutkan alisnya pada frasa berduri itu.
“Apa maksudmu?”
“Sementara anggota ‘Akatsuki’ bergerak di sana-sini, kau selalu saja melekat dengan Pein, hal itu adalah contoh yang buruk”
Konan menatap Sharingan Madara. “Konan.....”, ucap Pein yang masuk di antara pembicaraan mereka, di mana Konan yang tak menyetujuinya terus memelototi Madara.
“Di sini baik-baik saja. Ini demi perdamaian”
Itu adalah kalimat yang singkat, namun terdapat kekuatan yang mengelabui Konan. Pein mengatakannya agar Konan pergi menuju ke sana. “Baiklah”, jawab Konan yang menggigit bibirnya. Madara bangkit berdiri dengan perasaan puas.
“Zetsu akan mengarahkanmu sampai di lembah semu”
“Zetsu.....?”
“Mohon kerja samanya―, hahahaa―”, ucap Zetsu putih yang dinominasikan dan melambaikan tangannya, “Berisik”, bentak Zetsu hitam padanya.
“Misi ini tidaklah sulit. Aku mengharapkan laporan yang bagus..... sampai jumpa”
Setelah urusannya selesai, Madara menghilang dengan cepat. Konan kembali memelototi punggung itu sekali lagi.
Uchiha Madara. Konan tidak percaya padanya.
Setelah Madara pergi, Konan kembali ke ruangannya untuk mempersiapkan misi. Zetsu mengatakan bahwa untuk tiba di lembah semu dari tempat ini setidaknya memakan waktu hingga lima hari. Itu berarti, ia membutuhkan waktu sepuluh hari untuk pulang pergi. Misinya akan diperpanjang tergantung isinya. Sementara itu, ia tak dapat berada di samping Nagato.
―Berikanlah semua kekhawatiranmu padanya
Saat Yahiko adalah anggota “Akatsuki”, ia pernah berkata pada Konan yang khawatir terhadap Yahiko.
Yang dimaksud padanya adalah Nagato. Yahiko percaya bahwa Nagato adalah pria yang akan menjadi jembatan menuju perdamaian. Karena itulah ia selalu menyuruh Konan untuk memprioritaskan Nagato. Meskipun, Yahiko juga merupakan sosok yang berharga bagi Konan. Tidak, mungkin saja Yahiko mengatakan hal itu karena ia memahami perasaan Konan.
“..........”
Konan mengeluarkan kertas Washi buatan tangan berukuran tebal yang ia sembunyikan di dalam dadanya. Kertas itu dibiarkannya terlipat dua, lalu saat membukanya dengan lembut, tampak sebuah bunga kering yang compang-camping. Tepi kelopak bunganya menjadi kecokelatan, lalu warna bunganya sudah menguning.
Setelah menghela napas kecil, ia keluar dari kamar saat menaruh kembali bunga kering itu di dadanya.
“Ah, Konan sudah tiba― Ayo cepat, cepat―!”
Saat kembali ke aula, Zestu putih yang telah menunggunya menyapa gadis itu dengan riang.
Di sana juga ada Pein yang diam dan menatap ke arahnya.
“Baiklah, pertama-tama, kita akan meninggalkan Amegakure”
“Ahahaa, aku pergi duluan ya―”
Setelah berkata demikan, Zetsu menghilang. Ia harus segera mengejarnya, namun Konan berjalan mendekati Pein dan melihat Rinnegan miliknya.
“.....Nagato, berhati-hatilah”
Ia menyampaikan hal itu pada Nagato yang berada di depan matanya. Bukan berarti ia mencurigai kekuatannya. Ia tak terkalahkan, ia adalah keberadaan yang memberikan perdamaian bagi dunia ini.
Hanya saja, ia khawatir meninggalkannya sendirian karena ia menanggung semuanya sendiri dan memaksakan dirinya.
“Aku mengerti”, jawab Nagato acuh tak acuh. “Aku akan segera kembali”, ucap Konan dan meninggalkan menara itu sembari mengingat sedikit rasa sakit yang hinggap di benaknya.
Hari ini, hujan juga kembali turun di negara ini.
.
to be continued
Comments
Post a Comment