Kota yang makmur sebagai desa seni itu, kini hanyalah sebuah tumpukan puing.
Sementara api itu membara di sana-sini, terbentuk sebuah rongga besar dan dalam yang sangat mencolok di tempat yang disebut sebagai kediaman Toujin.
Itu bukanlah rongga yang terbentuk karena ledakan.
“.....Besar sekali ya, un”
Setelah mendaratkan naganya pada rongga itu, Deidara berkeliling melihat sekitar. Di bawah tanah kediaman Toujin itu, terdapat tambang tanah liat raksasa.
Sepertinya agar Goushou dapat melarikan diri dari kobaran api itu, ia berniat mengungsi ke tempat ini.
“Akhirnya aku menemukannya, un!”
Terdapat tanah liat di tempat yang terpisah jauh dari daratan.
Deidara mengambil tanah liat itu, membiarkan tangannya melahapnya dan memastikannya. Chakra itu diremas dengan cepat dan ketegangannya membangkitkan inspirasi. Tanah liat ini benar-benar berkualitas tinggi.
Namun, setelah melihat tambang itu lagi, Deidara kehilangan energinya.
“Hei, tuan. Bukankah tanah liatnya terlalu sedikit?”
Benar. Penambangan itu akhirnya berhasil mereka temukan. Namun, jumlah tanah liatnya hanya sedikit. Saat mencari seluruh tempat penambangan apakah ada tanah liat yang tersimpan di tempat lainnya, mereka menemukan ruang tersembunyi di tempat yang sulit diketahui.
“Bukankah seharusnya ada di tempat seperti ini, un!”
Setelah mengintip ke dalam dengan penuh kemenangan, ia membulatkan matanya tanpa sengaja.
“.....Tuan, tuan, coba lihat ini, un”
“Aa?”
Tanpa membantunya dalam pencarian, Deidara memanggil Sasori yang sedang melihat buku rahasia glasir yang dicurinya dari keluarga Toujin.
“Itu adalah tumpukan tengkorak, un”
“..........”
Sasori mengamatinya dengan hati-hati, entah menyadari adanya sesuatu, ia merentangkan ekornya. Ekor itu mengambil kalung yang berada di leher tengkorak dan merebutnya secara paksa. Kepala tengkorak itu berguling.
“Ada apa, tuan. Apa kau menginginkannya? Un”
“Lihatlah”
Kalung itu diserahkan pada Deidara yang memiringkan kepalanya. Terdapat liontin tembikar bundar di sana. Warnanya putih dan mengkilap, dan juga, bunganya bermekaran penuh. Ia ingat benda ini.
“.....Ini adalah benda yang dimiliki Kannyuu kan, un”
Sama seperti liontin yang gadis itu perlakukan dengan berharga.
“Itu artinya, tengkorak ini.....”
Ia memandang tengkorak yang berguling itu dan mengingat namanya.
“Apa tengkorak ini adalah ‘Mankai no Mashou’, un”
Kannyuu berkata bahwa liontin ini adalah bukti dari hubungan antara guru dan muridnya.
“Nama Mashou itu tertulis di belakangnya. Tidak salah lagi”
Saat menjauh dari ruangan tersembunyi itu, Sasori kembali memandang dengan luas tempat penambangan yang telah digali jauh di dalam tanah ini.
“.....Pada awalnya, mungkin saja memang semakin sedikit”
“Un? Apa maksudnya, tuan”
Sasori menghela satu napas.
“Sebagian besar, manusia akan membangun rumahnya sendiri di tempat yang memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Air dan makanan adalah contoh yang bagus, tapi di sini adalah desa Tou. Tempat ini berkembang sebagai desa tempat di mana segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat keramik itu tersedia. Singkatnya adalah tanah liat ini. Tapi, mungkin saja sumber dayanya telah habis selama bertahun-tahun”
Jika menatap permukaan dari tempat ini, rasanya jauh lebih tinggi.
“Seni Hanasaki itu tak akan bisa terwujud tanpa tanah liat ini. Karena itulah, bukankah Mashou mengatakan ingin meninggalkan desa dan menuju tempat baru?”
“Lalu, anaknya, Goushou tidak menyetujuinya ya, un”
Hal itu mengingatkannya pada Goushou, yang menghiasi kota dengan selera yang buruk, dan mengenakan perhiasan yang menawan.
“Ini adalah seni Hanasaki tingkat tinggi, tapi sepertinya ini untuk para profesional. Itu karena orang awam menyukai barang mewah dan mencolok. Gadis itu juga mengatakan bahwa seniman keramik hebat itu menghilang bersama Mashou, tapi Goushou menyegel seni Hanasaki itu dengan ayahnya sendiri untuk kepentingan pribadi. Dia adalah penjahat yang luar biasa”
Sasori mengatakannya seolah mengejek Goushou. Entah mengapa, rasanya Sasori terlihat kesal. Apakah ada yang ia pikirkan tentang Goushou yang telah membunuh kerabatnya sendiri?
Namun, Sasori segera kembali seperti biasanya.
“Yah, biarpun begitu, tanah liat ini adalah barang mewah. Ia menggunakannya pada tembikar miliknya. Lalu, sementara membiarkan orang lain menggunakan tanah liat biasa, ia membuat kota ini menjadi makmur dengan mengubahnya sebagai keterampilan yang mewah. Dalam hal itu, mungkin dia adalah orang yang cerdik”
Meski watak Sasori cepat marah, namun ia juga memiliki sisi filosofis di suatu tempat. Ia juga menilai Goushou dengan objektif dan benar. Hanya saja, Deidara tidak tertarik dengan menghasilkan uang dan kemakmuran desa. Ia lebih tertarik pada hal lain.
“Kalau begitu, apa Hanasaki itu akan segera lenyap, un?”
Deidara berniat membawa pergi semua tanah liat yang ada di sini. Jumlahnya memang tak seberapa, namun tanah liat yang diperlukan untuk membuat Hanasaki itu akan menghilang.
“Entahlah, aku tidak tahu. Hanya saja”
“Hanya saja?”
“.....Sepertinya ‘Mankai no Mashou’ itu belum menyerah”
Sesuai dugaan, gadis itu adalah―
.
to be continued
Comments
Post a Comment