“Benda apa ini, apa terbuat dari tembikar..... un?”
Mereka dibawa pergi menuju sebuah kuil yang letaknya jauh dari tungku milik Kannyuu. Sepertinya nama kuil itu adalah kuil Toujin, tapi di sini, terdapat gerbang Torii putih yang seolah menyadarkannya. Saat dilihat dengan seksama, sepertinya gerbang itu terbuat dari tembikar.
“Ng.....?”
Dan di gerbang putih ini, tampak sebuah pola seperti bunga yang bermekaran.
“Itu adalah ‘Hanasaki’ ”
Itu adalah seni yang Kannyuu ingin coba hidupkan kembali. Setelah gadis itu mengatakannya, Deidara menempatkan teleskop yang biasanya ia gunakan pada mata kirinya, lalu melihat pola itu.
“.....Bukankah itu sebuah retakan, un”
Benar, terdapat retakan halus pada permukaan tembikar itu, dan meniru bentuk bunga.
“Oh iya. ‘Hanasaki’ membuat retakan yang lebih tipis daripada ujung jarum yang tak terhingga jumlahnya pada permukaan tembikar, dan seni itu disamakan seperti bunga. Retakan kecil itu menjadi bayangan dan menggambar polanya pada tembikar putih”
Kannyuu menyentuh gerbang Torii Hanasaki itu dengan lembut.
“Tapi, membuat bunga itu mekar pada tembikar adalah pekerjaan yang sulit. Jika retakannya semakin dalam, tembikar itu akan hancur, lalu jika retakannya dangkal dan sedikit, itu tak akan terlihat seperti bunga. Tanpa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang luar biasa, Hanasaki itu tak akan terwujud. Mempelajari seni Hanasaki adalah sebuah kehormatan besar bagi penduduk desa Tou. Dan juga.....”
Kannyuu menjauhkan lengannya dari gerbang Torii, lalu menatap Sasori.
“Orang yang menyayangi seni Hanasaki ini lebih dari siapa pun, dan dicintai oleh Hanasaki lebih dari siapa pun adalah Toujin terdahulu, tuan Mashou. Hanasaki yang ia ciptakan adalah bunga yang mekar seutuhnya”
Kannyuu mengeluarkan liontin keramik dari dadanya. Jika diperhatikan, di sana terdapat pola berbentuk bunga yang terlihat jelas pada permukaan tembikar bundar. Pasti benda itu diberikan oleh Mashou.
“Jadi, karena itulah dinamakan sebagai ‘Mankai no Mashou’ ya..... un”
“Iya. Ia juga seorang dermawan yang menerimaku setelah orang tuaku tiada. Saat aku berkata bahwa diriku ingin menjadi seorang pembuat tembikar, tuan Mashou memberikan liontin ini untukku. Benda ini adalah bukti dari seorang guru dan murid, dan tuan Mashou juga memiliki benda yang sama denganku”
Berbeda dengan Goushou, tampaknya ia adalah ahli teknik yang luar biasa.
“Tapi tuan, mengapa kau mengenal pendahulu itu?”
“.....Itu karena nenekku pernah menggunakan tembikar Hanasaki pada bonekanya (Kugutsu)”
Kannyuu mengangguk seolah mengerti pada ucapan Sasori.
“Kugutsu..... aku pernah mendengarnya. Dikatakan bahwa Hanasaki membuat bagian-bagian Kugutsu karena diminta oleh desa Sunagakure”
“Hanasaki kuat terhadap api, dan memiliki konduktivitas Chakra yang baik di atas segalanya. Dan retakan itu akan melintasi semua Chakra seperti pembuluh darah manusia..... Kesulitannya adalah tidak bisa diproduksi secara massal”
“Aku juga pernah mendengar bahwa hanya tuan Mashou yang bisa membuat bagian-bagian itu sesuai dengan permintaan pelanggan”
“Iya. Bagi Mashou, aktivitas artistiknya adalah prioritas utama”
Mungkin ia lebih baik membuat sesuatu yang diinginkannya daripada membuat sesuatu yang diminta oleh orang lain.
“Mashou membuang desanya sendiri, buruk sekali”
“Tuan Mashou tak akan membuang desanya!”
Kannyuu mengepal tinjunya, dan meninggikan suaranya.
“Memang benar..... memang benar, tahun-tahun terakhir ini, tuan Mashou menjadi sedikit aneh. Ia membuang desa ini, dan mengatakan akan mencari tanah baru, ia mulai marah dan tak mau tinggal di desa ini”
“Lalu, apa dia pergi sendirian ke suatu tempat, un?”
“Aku tidak tahu..... Suatu hari, tiba-tiba ia menghilang. Dan bukan hanya tuan Mashou saja yang menghilang. Para pengrajin tembikar lain yang memiliki seni Hanasaki itu juga lenyap. Yang tersisa hanyalah selembar surat. 「Aku akan kembali setelah menemukan tanah yang baru」.....hanya itu saja. Ini adalah kisah sepuluh tahun yang lalu”
Kannyuu menggenggam liontin Hanasaki itu dengan erat.
“Kemudian, anak laki-lakinya, Goushou, menjadi pemimpin di desa ini. Ia sangat membenci ‘Hanasaki’, memiliki reputasi yang baik, dan ia menganjurkan untuk membuat tembikar yang mewah dan mencolok. Kotanya menjadi kaya raya karena benda itu diperdagangkan dengan harga yang tinggi, tapi..... sebaliknya, seni Hanasaki itu menjadi usang dengan cepat dan tidak digunakan lagi. Saat ini, tak ada seorang pun yang bisa membuat bunga itu mekar”
Matahari mulai terbenam, dan pepohonan itu tertiup angin yang dingin. Kannyuu menatap desa Tou yang terbentang di kaki bukit. Asap yang mengepul dari desa itu mengalir dan tertiup angin.
“Walaupun Goushou terlihat seperti itu, ia memiliki kemampuan yang luar biasa..... hanya saja, desa yang lebih memilih uang daripada seni ini sudah tak memiliki masa depan. Mungkin menyerah lebih awal dan meninggalkan desa ini adalah hal yang tepat, tapi saat aku memikirkan tuan Mashou yang akan segera kembali suatu hari nanti, aku tidak bisa meninggalkan desa ini”
Setelah mengatakannya sejauh ini, gadis itu meminta maaf karena telah menceritakan tentang dirinya dalam waktu yang lama.
“Mataharinya sudah terbenam. Akan berbahaya untuk kembali melakukan perjalanan saat ini. Jika tak ada tempat penginapan, kalian bisa singgah di rumahku. Kamarnya juga tersedia”
Deidara menatap Sasori.
“Bagaimana, tuan?”
“Bagaimana kalau kita sewa penginapannya”, balas Sasori setelah berpikir sejenak. Hal ini sangat jarang terjadi pada Sasori yang sangat berhati-hati.
“Baiklah, mohon bantuannya, un”
“Iya”, lontar Kannyuu dengan senyum kecil di wajahnya.
.
to be continued
Comments
Post a Comment