Mereka telah membunuh beberapa orang, termasuk penjaga penambangan. Jika kotanya seukuran ini, mereka pasti akan membuat keributan tanpa memerlukan waktu seharian.
Saat Deidara menganggap bahwa urusannya telah selesai dan berniat untuk meninggalkan tempat itu, Sasori berkata “Ada hal yang ingin kupastikan” dan mereka kembali ke kota.
“Ke mana kita akan pergi, tuan?”
“..........”
Mengikuti jalan ubin keramik berwarna-warni, mereka mendekat ke pusat kota, yaitu kediaman Toujin.
“Selera yang buruk..... un”, ia meminjam kalimat Sasori dan saat mengatakannya dalam hati, entah bagaimana ia menyadari bahwa kediaman itu sangat bising.
“Ada apa?”
Saat melihatnya dengan seksama, sepertinya ada beberapa orang yang sedang berselisih.
“Berhentilah menyingkirkan karya ‘Hanasaki’ lebih dari ini! Itu adalah warisan yang diteruskan oleh desa Tou!”
Di tengahnya, ada seorang wanita yang berteriak pada seseorang di kediaman itu. Ia adalah Kannyuu, orang pertama yang ia jumpai di desa ini.
“Lagi-lagi kauuuuu, Kannyuu! Zaman sudah berubah. Era ‘Hanasaki’ sudah berubah!”
Menentang Kannyuu, mengenakan jubah berwarna cerah dan aksesoris tembikar tujuh warna di mana-mana yang dapat dikatakan seleranya sangat buruk, seorang pria yang gemuk itu menyatakannya. Usianya sekitar empat puluhan.
“.....Toujin Goushou. Dia adalah kepala desa saat ini”
“Pria berlemak dan berkilauan itu, apa benar dia adalah kepala desa ini..... un?”
Kampung halaman Deidara, Oonoki yang mengelola desa Iwagakure selama bertahun-tahun, tampaknya hanyalah seorang kakek yang hidup terlalu lama, namun ia memiliki banyak pengalaman dalam pertempuran dan memiliki banyak bakat sebagai seorang Shinobi. Deidara berniat menghabisinya suatu hari nanti. Dapat dikatakan bahwa Oonoki adalah keberadaan yang tidak bisa diabaikan.
Dan di sini merupakan desa Tou. Dengan berbagai macam pengrajin keramik di mana tempat ini akan meregangkan otak, ia menganggap bahwa pria itu adalah orang yang cocok untuk desa ini, namun Goushou hanya berkilauan mengenakan aksesoris tembikar itu, dan ia sama sekali tak memiliki aura sebagai seseorang yang berada di puncak.
“Lihatlah! Kediaman ini! Strukturnya lebih indah dan mewah daripada ‘Hanasaki’ yang miskin dan sederhana! Kota ini terlahir kembali dengan warna yang cerah, dan saat ini jumlah pembeli semakin meningkat dan menjadi kaya! Semua itu adalah keahlianku!”
Goushou melebarkan kedua tangannya seolah memamerkan kekuatannya sendiri.
“Aku bukan mengeluh karena kau membuat barang-barang mewah untuk pengunjung! Aku tidak bisa memaafkanmu karena membuang seni yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi dan ditambah lagi, kau membuatnya seolah-olah itu sudah tidak ada! Bagaimana jika tuan Mashou melihat dirimu yang sekarang.....”
“.....Berisik, diamlaaaaaah!!”
Sambil menjerit, Goushou menampar pipi Kannyuu dengan sekuat tenaga. Tubuh kurusnya terpental dan terbanting ke tanah.
“Ka, Kannyuu”
“Apa kau baik-baik saja?.....”
Penduduk desa yang mengamatinya di sekitar berniat menghampiri gadis itu, namun Goushou memelototi mereka.
“Dapat hidup berlimpah seperti ini, memangnya kalian pikir ini semua karena siaaaaaapa! Saat ini akulah kepala desanya! Siapa pun yang menentang, aku akan mengusir kalian dari desa ini!”
Semua penduduk desa itu saling bertatapan pada ucapan Goushou, lalu bergumam kecil pada Kannyuu “Maaf ya.....”, dan pergi untuk melarikan diri. Goushou mendengus kecil dan menatap Kannyuu. Lalu, Kannyuu memelototinya yang seperti itu.
“ ‘Hanasaki’, kemilau yang tampak tanpa noda, bukankah di sini adalah desa yang menghargai keindahan dan mencintai seni.....”
“Fuh! Aaaaapanya yang menghargai keindahan dan mencintai seni..... seni itu akan menjadi apa! Apakah seni bisa membuatmu kenyang!”
Goushou menendang Kannyuu.
“Orang yang membicarakan seni adalah seorang narsisme dengan delusi yang mengerikan! Mereka hanyalah sampaaaah yang sama sekali tidak bisa melihat kenyataan!”
Tepat saat Goushou mengatakan hal itu, Deidara mencoba memasukkan tangannya ke dalam tas yang menggantung di pinggangnya.
“.....Oi, hentikan”
Sasori berkata pada Deidara yang pelipisnya berurat.
“Dia sudah meremehkan seni!! Tak masalah membunuhnya, ‘kan..... un!!”
“Apa kau tahu di mana ini? Jalan ini dilalui banyak orang. Jangan membuat keributan yang tak berguna”
Deidara menggertakan lidahnya pada ucapan tenang Sasori dengan penuh kebencian.
“Kannyuu, tak ada seorang pun yang memahami dirimu di desa ini, wahai gadis bodoh yang dirasuki ilusi seni!”
Setelah melontarkan ucapannya, Goushou mengepakkan Haori berwarna cerah miliknya, dan berniat kembali ke dalam kediamannya.
“.....Un”
Deidara memasukkan tangannya ke dalam tas itu sekali lagi, dan membuat jenis laba-laba yang hanya tersisa satu buah dengan sendi jarinya. Sepertinya Sasori terkejut, tapi kali ini ia tak mengatakan apa pun. Beruntung akan hal itu, Deidara melempar laba-laba itu pada Haori miliknya, saat ia membuka pintu kediamannya, Deidara mengatakan “Kats”.
Tepat saat itu, suara ledakan berbunyi, dan jubah Goushou terbakar.
“Aaaaaaaaa, aaaaaaaapa iniiiiiiiii!”
“Tuan Go, Goushou!”
Saat melihat jubahnya terbakar tiba-tiba, para bawahannya bergegas dan berlari memadamkan apinya. Goushou yang gaduh dan mengguncang tubuh gemuknya terlihat sangat lucu.
“Kalian.....”
Saat Deidara tertawa memegangi perutnya, sepertinya Kannyuu menyadari dirinya. Pasti gadis itu mengingat tentang Deidara dan juga seni ledakan yang ia perlihatkan padanya.
“.....Maaf”
“Aa? Aku melakukannya karena kesal padanya, un”
Biarpun begitu, Kannyuu tertawa melihat Goushou yang berputar mengelilingi kediamannya.
“Saat ini, aku sedikit mengerti tentang kelebihan senimu itu. Menggembirakan, ya”
Setelah melihat hal yang bagus, Kannyuu mengucapkan terima kasih dan membungkuk sopan, lalu berniat untuk pergi.
Kemudian, Sasori memanggil gadis itu.
“Oi, gadis kecil. Bagaimana dengan ‘Mankai no Mashou’ itu?”
Kannyuu berbalik padanya.
“Rupanya kau mengenal tuan Mashou, ya!”
Kannyuu menjerit tanpa sengaja, tapi ia merasakan tatapan tajam di sekitarnya dan terdiam.
Di bawah sinar mentari, gadis itu menatap kediaman yang berkilauan dengan ekspresi rumit, dan berkata.
“.....Sulit untuk menceritakannya di sini..... ayo tinggalkan kota ini”
.
to be continued
Comments
Post a Comment