Keindahan abadi, keindahan sesaat, dan keindahan terbaik dari setiap kisah.
Bahkan mereka mempersembahkan tubuhnya sendiri demi hal itu.
Itu adalah― kombinasi seni.
“Aku ingin tanah liat berkualitas tinggi..... un”
Sebuah “Dataran” dengan asap di mana-mana.
Di tempat di mana kota ini ada beberapa jam yang lalu, suara itu cukup nyaring untuk berbicara seorang diri.
Ia adalah Deidara, sosok dengan rambut emas yang dikuncir dengan posisi tinggi, orang yang menghancurkan kota ini, dan menatap tas yang menggantung di pinggangnya dengan mata biru.
Awalnya, ia adalah seorang Shinobi Iwagakure yang berasal dari pasukan peledak, meninggalkan desanya, berpartisipasi dalam molekul anti-negara dan menyebabkan ledakan teroris yang ditemukan oleh “Akatsuki”, dan saat ini ia adalah salah satu anggotanya.
Hari ini ia juga diperintahkan oleh organisasi itu dan menghancurkan sebuah kota.
Deidara sangat ahli dalam melakukan sabotase berskala besar.
“..........”
Yang menghabisi sisa-sisa orang yang selamat dari ledakan dan seolah mengabaikan ucapannya adalah Sasori, orang yang berkombinasi dengannya.
Itu adalah boneka Hiruko, keahlian Sasori yang bergerak seolah menyeret tubuhnya, dan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. Tubuh asli Sasori, mantan Sunagakure, yang dikenal sebagai pemodel genius, sebenarnya berada di dalam Hiruko ini. Penampilan tubuh aslinya terlihat seperti anak laki-laki, sama seperti saat ia meninggalkan desa.
“Hei, tuan Sasori. Adakah tanah liat yang bisa mengekspresikan seniku dengan mudah di suatu tempat?”
“Aa? Tanah liat?”
Kali ini Deidara membuka dan memperlihatkan kedua tangannya pada Sasori yang meresponnya. Masing-masing tangannya memiliki mulut yang menjilat lidah. Tanah liatnya dimakan dalam mulut ini untuk menciptakan tanah liat peledak, lalu tanah liat peledak itu dibentuk secara artistik dan diubah menjadi Bakuton yang menghancurkan segalanya. Seni adalah ledakan. Deidara selalu mencari seni yang baru.
“Untuk merangsang kepekaan, meninjau dari dasar-dasarnya adalah hal yang penting..... un”
“Jadi, apa kau ingin menyuplai tanah liat itu?”
“Jika ada tanah liat yang membuat seniku terasa lebih bergema, pasti akan meningkatkan keterampilan pada seniku..... un”
Saat tanah liat itu ditelan ke dalam mulut kedua tangan dan meremas Chakranya, jika ada tanah liat yang menyerap Chakranya dengan cepat, ada pula tanah liat yang tidak tercampur dengan baik dengan Chakra itu.
Selain itu, terdapat berbagai perubahan tergantung pada tanah liatnya, seperti munculnya perbedaan kekuatan ledakan.
Saat ini, ia sedang menggunakan tanah liat yang paling cocok untuknya, tapi kebiasaan akan mengurangi kepekaannya. Tepat, misi kali ini telah mengurangi tanah liat miliknya. Ia mengubah pikirannya pada titik ini, lalu menemukan tanah liat yang baru dan berniat menyempurnakan seninya dengan antusias.
“Tanah liat, ya?”
Di sisi lain, terkadang Sasori juga menggunakan tanah liat itu untuk model bonekanya.
“Benar juga..... di antara negara angin, terdapat ‘Desa Tou’ di dekat perbatasan negara sungai”
“Desa Tou?”
“Di sana adalah desa keramik (Tougei no Sato) yang tidak berhubungan dengan Ninjutsu. Aku juga pernah mengunjunginya beberapa kali, tapi mungkin saja ada tanah liat berkualitas baik di sana”
Berbicara soal keramik, ini juga seni. Mungkin saja ada pertemuan yang menggelitik hati seni Deidara. Saat berpikir begitu, ia tidak bisa tinggal diam. Bergegaslah pada kebajikan. Deidara memasukkan tangannya ke dalam tas.
“Yosh”
Yang terbuat dari tanah liat itu adalah burung cetak yang menggemaskan. Saat melemparnya dan membuat segel, burung itu segera berubah menjadi ukuran yang dapat dinaiki orang lain.
“Ayo kita pergi, tuan Sasori”
“Aa?”, ucap Sasori dengan sikap murung saat Deidara melompat naik ke punggung burung itu dan berbalik.
“Kita harus memberi laporan pada organisasi dulu, ‘kan? Mengapa kita harus segera pergi ke sana?”
“Setelah menyelesaikan pekerjaan besar, penyegaran itu diperlukan, un”
“Apanya yang penyegaran?”, Sasori terheran pada ucapannya. Tapi, Sasori yang mengetahui bahwa Deidara memiliki kepribadian yang tak akan mendengar siapun pun jika ia telah berkata kemudian mendengus “Apa boleh buat”, dan menaiki burung itu.
“Yosh, kita akan berangkat ke desa Tou! Un!”
Seekor burung yang membentangkan sayapnya dan melompat dengan kuat. Saat Deidara menunjuk ke arah matahari, burung itu juga menuju ke sana.
“.....Bukan di sana”
Sasori melontarkannya dengan tenang.
Comments
Post a Comment