Tanpa sepengetahuanku, musik festival itu sudah tak terdengar.
Kami berdua menuruni pegunungan, lalu menyusuri gerbang terakhir.
Saat berjalan sedikit menuju laut senja, kakek nahkoda yang menyeberangiku kemari sedang tertidur di atas kapal.
Angin laut melintasi pohon pinus.
Saat aku berniat untuk memanggilnya, Kina menarik ujung pakaianku.
“Sasuke.....”, ucapnya dengan suara yang lemah. “Aku, tak akan pergi”
“........”
“Bagaimanapun..... hal ini terasa aneh”, seolah mengatakannya pada diri sendiri, Kina melanjutkan ucapannya. “Hal ini terasa seperti ada lubang besar yang terbuka di benakku..... aku seperti melupakan sesuatu yang berharga”
“Hal yang kau lupakan adalah”, entah bagaimana, aku melontarkan kebohongan yang menjerat lidahku. “Hal yang tak perlu kau ingat”
“Tapi, jika apa yang dikatakan Sendou Jiryuu itu benar, di mana pedang penyegel milik Orochimaru itu?”
“Pedangnya menjadi asap dan lenyap saat kau menebas Rouen itu”
“Aku bahkan tidak bisa menyemburkan api dari mulutku”
“Pembicaraan semacam itu adalah sesuatu yang dibicarakan untuk hiburan. Lalu, ia sudah gila. Ia sudah melihat sesuatu yang mengerikan dan hancur”
“Aku bahkan tak menyangka bahwa diriku telah menyelamatkan orang seperti Sendou Jiryuu”
“Biarpun begitu, kau telah menyelamatkannya”, tegasku padanya. “Dengar, Kina, bukan berarti Rouen itu sudah mati. Tujuh tahun kemudian, monster itu akan melepas segelnya dan kembali menyerang desa kalian. Dan, saat itu tiba, tak ada lagi orang yang bisa menyegelnya”
Matanya berputar seperti sedang berpikir keras.
“Reishi memintaku untuk menjagamu. Aku tak akan meninggalkanmu sendirian di desa Roukoku dan membuatmu terbunuh oleh monster itu”
“Apa yang akan kau lakukan untukku.....?”
“Tidak tahu. Mungkin, aku akan melatihmu. Agar kau bisa hidup mandiri. Jika kau menjadi seorang Shinobi yang hebat, pergilah ke mana pun kau mau”
Kina menundukkan wajah dan menggertakan giginya. “Aku..... akan kembali ke desa”
“Jangan”
“Aku, tidak begitu mengerti, tapi..... jika terus meninggalkan desa, aku merasa seperti akan melupakan kakakku”, suaranya bergetar, tapi tetap tenang. “Sejak malam itu, penduduk desa bersikap ramah dengan anehnya”
“Itu adalah hal yang kau harapkan”
“Iya, tapi..... bukan seperti itu”
“........”
“Karena aku ini kuat, aku tak akan kalah dari penduduk desa. Karena kakakku lemah..... aku tak mungkin membiarkannya. Kakakku, sangat menyukai tanaman bunga. Saat lulus ujian untuk menjadi peramu obat, dia benar-benar sangat bahagia. Aku.....”, Kina menahan ucapannya, dan bergegas mengenakan topeng elang itu. “Aku hanya ingin, kakak mengatakan padaku untuk selalu tersenyum..... selalu membantunya membuat obat-obatan..... aku ingin kakak selalu, selalu mengatakan hal bodohnya”
Itachi, apa yang harus kulakukan?
Bagaimana agar aku bisa menyelamatkannya?
“Kau akan mati”, lontarku. “Apa kau pikir Reishi akan mengampunimu?”
“Pasti tidak akan”
“Kalau begitu.....”
“Tapi”, Kina mengangkat wajahnya. “Pada akhirnya, dia pasti akan mengampuniku”
“........”
“Jika itu adalah hal yang kupikirkan dan kulakukan dengan baik, meskipun hal itu salah..... meskipun seluruh dunia tidak mengampuniku, hanya kakaklah yang akan mengampuniku”
“!”
Hanya kakaklah yang akan mengampuniku
Ah, jadi begitu rupanya.
―Siapa sebenarnya Itachi?
Lontar anak laki-laki bertopeng dalam mimpi hitam itu.
―Bagi Konoha ia adalah mata-mata yang handal, bagi klan Uchiha ia adalah pengkhianat, lalu bagi Akatsuki hanyalah sebuah pion sekali pakai. Dan kau Uchiha Sasuke, bagimu ia adalah―
“Sosok Itachi bagiku adalah”, kali ini tanpa menutup telinga, aku bergumam di hatiku dengan benar.
“Kakakku, satu-satunya”
Untuk sesaat, dunia ini bersinar dengan cerah, dipenuhi dengan harapan, tanpa kekhawatiran apa pun.
“Aku sangat senang dengan tawaranmu, tapi..... aku akan kembali ke desa”
Aku tidak bisa mengatakan apa pun.
“Karena, kakakku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku tak bisa menjelaskannya dengan baik, tapi.....”, Kina menepuk dadanya sendiri. Berkali-kali. Berkali-kali. “Di sini..... mengatakannya seperti itu. Kakak.....”
“Jika Reishi, mungkin ia bisa mengatakan salah satu leluconnya di sini”
“Iya..... Ehehehe.....”
“Jangan menangis, dasar pecundang”
“Aku tidak menangis..... aku ini sedang tertawa”
“Kau akan mati”
“!”
“Jika kau tak ingin mati, dalam tujuh tahun ini, berlatihlah dengan sungguh-sungguh, dan lampauilah kakakmu”
“Iya”
“Meskipun kau mati, berbanggalah, dan pergilah ke tempat Reishi”
Kina menganggukku.
Mengangguk dengan kuat, dan kuat.
Ia menggetarkan bahunya, dan menahan tangisnya yang terisak-isak di bawah topeng itu.
“Jangan khawatir”, aku mengangkat lenganku, lalu menyentik dahinya dari atas topeng.
“Lagipula, kakakku juga berada di sana, dan aku juga akan segera menyusulmu”
Kina menundukkan wajahnya.
Padahal bayangan bunga pun tak ada, tapi terdapat aroma melati di sekitar.
Sekencang apa pun angin bertiup, aroma nostalgia itu tak akan tersapu olehnya.
Kesedihan ini diselimuti oleh aroma bunga dengan lembut.
“Aku dan kau, mungkin adalah seorang bocah”
“Sasuke.....”
“Tapi, menjadi orang dewasa di dunia ini, sama halnya dengan kematian”, aku membalikkan tumitku.
“Pergilah menuju jalan yang kau percayai”
.
.
.
Bersambung
Comments
Post a Comment