Saat membuka mata, di sana adalah sebuah hutan yang dalam, di mana kabut malam dapat masuk ke dalamnya.
Sekelilingnya gelap gulita, namun di mataku, aku dapat melihat segalanya dengan jelas.
Bulan merah yang mengalirkan air mata darah itu menggantung di langit.
Aku merasakan keberadaan binatang-binatang buas yang tak dikenal di mana-mana.
Aku menyelinap masuk ke dalam hutan itu.
Saat melangkah sejenak, di sana terdapat batu prasasti yang kuingat― batu prasati milik kuil Kodon. Huruf <祀> (Dibaca “Shi” yang artinya “Sembahyang”), serigala dan harimau yang saling meringis.
Tapi, saat ini, tak ada yang hilang pada batu prasasti di hadapanku, bukan hanya itu, batu itu diselimuti oleh Chakra hitam.
Huruf <封> (Dibaca “Fuu” yang artinya “Segel”) terukir di punggung serigala itu.
Bagian lapuk yang tak terlihat di monumen kuil itu, aku dapat melihatnya dengan jelas di monumen ini.
Yang terukir di punggung harimau itu adalah―
<7>
“Yang tertera di kertas milik Itachi juga angka <7>..... ini tidak mungkin hanya kebetulan. Apa maksudnya?”, lontarku. “Keluarlah dan jangan bersembunyi dariku”
Dari dalam kegelapan, anak laki-laki itu― seorang anak lelaki yang mengenakan topeng elang itu berjalan keluar.
“Apa maksud angka <7> ini?”
“Menurutmu mengapa aku memberitahumu?”
“Karena”, aku berbalik. “Karena aku adalah kau dan juga Itachi, orang yang melihat dengan jelas jatuh bangun klan Uchiha, dan satu-satunya saksi mata..... apa kau lupa dengan apa yang kau katakan?”
Anak itu terdiam dan berdiri dengan tenang.
“Ngomong-ngomong, kau adalah Kina, dan juga Reishi. Apa aku salah?”
“Jika Reishi menyegel Rouen itu ke kuil, maka Kina akan terbebas”
“Aku sudah mendengarnya dari Reishi”
“Tapi, bukan berarti segel itu akan berlaku selamanya”, ucap anak itu dengan tenang.
“Setelah menyegelnya di kuil, kau harus menyegelnya kembali setiap tujuh tahun sekali”
“!”
“Hal itu adalah peran dari klan Kodon di desa ini. Menyegelnya kembali setiap tujuh tahun sekali. Jika tidak melakukannya, Rouen itu akan kembali muncul. Dan desa Roukoku, akan mengalami bencana seperti sebelumnya”
Ada sesuatu yang mendengung di dalam hutan.
Dengan segera dengungan itu meluas, mengguncang langit malam yang semakin besar, karena itulah, aku mengerti bahwa sebentar lagi dunia ini akan tertutup.
“Aku tak peduli dengan hal seperti itu”
“Tak peduli?”
“Aku akan menyelamatkan Kina”, aku menatap topeng elang itu. “Hanya itu”
“Khukhukhukhu......”, anak itu tertawa dan menggerakkan bahunya. “Itu seperti dirimu ya, Uchiha Sasuke”
“Walaupun kau mencoba untuk memprovokasiku, percuma saja”
“........”
“Hatiku telah memutuskannya”
Petir itu bergemuruh.
Petir yang berada di dekatku membelah pohon besar menjadi dua bagian.
Saat aku menengadah, cahaya kilat ungu itu berlari melintasi langit yang hitam pekat.
“Tidak ada waktu lagi”, aku mengembalikan pandanganku pada anak itu. “Reishi sudah memulai penyegelan Rouennya”
“Di dunia ini, waktu tidak ada artinya”
“Apa yang ingin kau lakukan?”, lontarku padanya. “Padahal kau tak berniat untuk menyelamatkan mereka, lalu mengapa kau datang ke tempat ini?”
“Mengapa ya.....”, ucapnya kemudian menundukkan wajah. “Aku tahu bahwa tak ada yang bisa kulakukan..... Namun, bagaimanapun juga aku ingin menyelamatkan mereka”
“Munafik”
“........”
“Tapi, aku tak berhak untuk menyalahkanmu..... kau sudah menyelamatkanku, kan?”
Anak itu diam tak menjawab apa pun.
“Saat kau hanya mampu melindungi satu hal yang berharga”, ucapku padanya. “Apa pun yang kau pilih, mungkin, kau akan menyesalinya seumur hidup. Hal yang bisa kami lakukan adalah menerima penyesalan itu dengan baik”
“Apa kau sudah siap menerima penyesalan itu?”, ucap anak itu. “Sudah kutanyakan padamu, ‘kan? Mengenai di mana dirimu yang sebenarnya berada. Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan..... apakah ini dirimu yang sesungguhnya, Sasuke?”
“Meskipun orang-orang di seluruh dunia ini tidak mengakuinya, hanya akulah yang akan mengakui mereka berdua”, aku menatap lurus mata merahnya. “Reishi dan Kina mirip denganku. Hidupnya jauh lebih berharga dari dunia ini. Aku tidak tahu apakah itu disebut sebagai resolusi atau tidak..... tapi, itulah diriku yang sebenarnya”
“Bagaimanapun, kau akan menghancurkan Konoha, ya?”
“Iya”
“Meskipun memutuskan segala hubungan itu untuk kedua kalinya, sama seperti saat kau meninggalkan desa?”
“Hubungan yang aku cari..... sudah tak ada di mana pun”
“Bagaimana dengan Kina dan Reishi?”
“Aku tak berhak untuk mencampuri mereka”, ucapku. “Karena itulah, aku akan menyelamatkan mereka demi diriku sendiri”
“Itachi tidak mengharapkan dirimu untuk bertentangan dengan Konoha”
“Aku mengerti”
“........”
“Tapi, jika aku tak melakukannya, sebenarnya bagaimana..... bagaimana caranya agar aku bisa membuktikan diriku, aku sama sekali tak mengerti”
“Membuktikan?”
“Bukti bahwa Itachi telah hidup di dalam diriku..... dan juga bukti bahwa Itachi masih tetap hidup di dalam diriku”
“Sepertinya”, ucapnya dan tertawa. “Kau sudah memahami misteri di dunia ini”
“Dunia ini.....”, aku menelan air liurku. “Yang terbakar dalam Mangekyou Sharingan ini adalah..... memori dari apa yang telah dilihat oleh Itachi. Mungkin saja Itachi telah melihat isi hati Kina. Dan, kau.....”, aku tidak bisa membendung air mata yang terjatuh ini.
“Kau adalah, kakakku..... Uchiha Itachi”
Yang berdiri di sana sebagai pengganti anak laki-laki itu adalah― Itachi.
Ia seperti tetap berada di sana sejak dulu.
Bagian bawah jubahnya melambai tertiup angin.
“Kakak.....”
“Meskipun kau memutuskan segala ikatan itu”, sebuah suara yang berhembus seperti angin.
“Mulai saat ini aku juga.....”
Perlahan Itachi menaikkan lengannya, dan menyentuh topeng elang itu. Dagu dan mulutnya perlahan mulai terlihat―
Tapi, waktu yang tersisa untuk kami telah berakhir.
Medan magnet yang membentuk dunia ini melengkung dengan lembut.
“!”
Hutan ini terbang jauh seperti jam pasir yang pecah, dan burung gagak yang terlepas memenuhi langit.
Karena itulah aku tahu bahwa Reishi telah menyegel Rouen itu di dunia nyata.
“Kakak!”
Tiba-tiba, aku jatuh terbalik ke dalam lubang yang terbuka di bawah kakiku.
Sambil terjatuh ke dalam kegelapan tak berujung, aku hanya dapat melihatnya sedikit saja.
Mulut Itachi yang bergerak tanpa suara.
“!”
―Meskipun kau memutuskan segala ikatan itu.....
Air mata ini menuju langit, seperti hujan yang turun.
Dan, aku menembus mimpi hitam itu.
―Mulai saat ini aku juga.....
Suara Itachi yang tak akan terdengar sampai kapan pun, sampai kapan pun, terus berdenging di telingaku.
.
.
.
Bersambung
Comments
Post a Comment