Aku dan Reishi mengejar Rouen itu di tengah hujan yang landai. Reishi membawa Kunai di kedua tangannya.
“Memangnya kau pikir benda seperti itu akan berguna?”
“Aku menaruh racun pada Kunai ini”, ucap Reishi. “Jika tersentuh, gajah pun bisa terbunuh”
Kami berdua mengelilingi monster itu, menendang pohon besar, lalu berpencar ke arah kanan dan kiri secara bersamaan.
Pertama-tama, Reishi melemparkan Kunai dari arah kanan. Kunai itu segera menuju ke arah mata monster itu, tapi Kunainya ditepis oleh tentakel di punggungnya tanpa sisa.
“Tidak berhasil, ya!”
Pada kesempatan itu, aku meluncurkan serangan dari arah kiri. Sambil mengeluarkan Chidori di tangan kananku, aku membuat segel dengan tangan kiri.
Tentakel Rouen itu melebar seperti bulu kucing yang meremang. Sembari merobek udara seperti cambuk, ia menyemburkan cahaya perak dan menyerang.
Aku menarik nafas dalam-dalam, membuat lingkaran pada ibu jari dan jari telunjuk dengan tangan kananku, lalu mendekatkannya ke mulutku.
“Katon: Goukakyuu no Jutsu!”
GROOOOO!
Tentakel monster itu dengan segera diselimuti oleh kobaran api.
“GYAAAAAA!”
Rouen dengan api di punggungnya itu meraung sambil menggeliat.
“Sasuke!”, teriak Reishi. “Tentakel berikutnya adalah dari arah jam satu lengan kanan!”
“Berisik”, aku memutar tubuhku, menendang tentakelnya yang terbakar, dan melompat ke atas kepala Rouen itu. “Aku bisa melihatnya dengan baik”
Langit dan bumi menjadi terbalik.
Wajah cemas Reishi menatap ke arahku. 0,1 detik yang tak berguna.
Kemudian, aku terjun dengan segera. Aku menarik lengan kananku dengan kuat, lalu mengincar puncak kepala monster itu. Sejumlah tentakel itu mengejarku seperti ular yang kelaparan.
“Jangan meremehkanku”, aku membuka tubuhku, membalikkan punggungku, lalu menepis semua serangan itu sambil mencondongkan wajahku.
“Chidori!”
KATS!
Jeritan monster itu lenyap.
Ada tanggapan!
“Uooooo!”
Aku memegang kepala Rouen itu dengan seluruh kekuatanku dan membantingnya ke tanah.
DUUUAAKH!
Tanahnya retak, dan batu kerikil itu beterbangan di dalam kepulan asap tanah.
Monster itu telah runtuh.
Kunai Reishi melesat terbang ke dalam kepulan asap itu.
“Terima iniiiii!”, raung Reishi. “Kumohon, tenanglah untukku!”
Tapi, Rouen itu merespon Reishi dengan melempar kembali Kunai itu padanya.
“!”
Kunai yang terbang menerobos asap itu menyerang Reishi. Reishi yang berada di udara tidak bisa menghindarinya.
“Kage Shuriken no Jutsu!”
Dengan cepat aku mengeluarkan Jutsu, dan aku menepis seluruh serangannya sebelum ujung Kunai itu melukai Reishi.
Kunai yang berhasil kutepis menusuk pohon. Dengan segera dedaunan di pohon itu berubah menjadi coklat dan layu.
Reishi yang memperbaiki posisinya mendarat di sampingku. Nafasnya tak beraturan. Bahunya naik turun dengan cepat. Kami berdua menatap Rouen yang bangkit perlahan dari kepulan asap itu.
“Sebentar lagi akan menjadi 10 menit..... apa yang sebaiknya.....”
“Cepat kau hentikan dia”, ucapku. “Tak apa walau hanya sekejap”
“Ta, tapi”, rajuk Reishi. “Di dalam tubuhku, sudah tak ada lagi Kotarou yang tersisa..... Kotarou Tsuushin itu sudah.....”
“Berhentilah merengek!”, aku mencengkram dadanya. “Apa kau akan bertahan di sini, atau kehilangan Kina, pilih salah satu”
“!”
“Aku tidak tahu bagaimana situasimu. Dengar, pastikan kau menghentikan langkahnya. Jika ada tiga detik, aku bisa mengenakan Genjutsu pada Rouen itu”
Reishi menelan air liurnya, kemudian mengangguk erat.
Meski berkata begitu, aku tidak yakin akan berhasil seratus persen.
Mangekyou Sharingan yang baru saja kubangkitkan ini.
Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.
“Aku pasti akan menghentikannya”, aku mengejar punggung Rouen yang sedang berjalan dengan Mangekyou Sharingan. “Setelah itu, kau tembus area vitalnya dan segel dia”
“Aku mengerti”
“Dengan begini, Kina akan selamat, ‘kan?”
“Iya”
“Tapi, kau akan mati”
“........”
“Saat kau menyegelnya, Chakra Rouen itu akan bergerak. Kemudian, Genjutsuku akan lepas. Jika Genjutsu ini terlepas, tentakelnya akan mengambil Chakramu”
“Aku sudah siap”
“.....Sudah kukira kau akan mengatakan hal itu”
“Sasuke”
“Apa?”
“Kina mengetahui di mana resep obat mata itu tersimpan. Tolong campurkan resep itu dan tunjukkanlah pada peramu lain”
“Di saat seperti ini..... bagaimana jika sebaiknya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri”
“Beritahu Kina bahwa akulah pelaku peristiwa Miira (Mumi) itu”, ucap Reishi yang seperti sedang membicarakan cuaca. “Ini adalah pelaku mumi yang akan menjadi mumi sungguhan, Hahaha!”
“........”
Dengan ini, ia bermaksud untuk bergurau?
Betapa kuat dirinya.
Betapa tulus hatinya.
Di dalam bintik cahaya hijau yang menyedihkan, wajah kami berdua saling berhadapan dan mengangguk.
Wajah yang cerah.
Punggung Rouen itu menjauh dengan perlahan.
“Apa kau sudah siap?”, ucapku tanpa berbalik menghadapnya. “Aku akan menyelesaikannya dalam waktu 30 detik”
Reishi mempercepat gerakannya dan melompat keluar. Saat mengejar Rouen itu, ia menendang ekornya, dan melambung dengan tinggi. Seketika, tentakel itu menyerang.
Reishi sama sekali tak memperlihatkan tanda bahwa ia akan lari dari serangan itu.
“Apa yang kau lakukan!?”, teriakku. “Menghindarlah, Reishi!”
Tapi, ia menyerahkan tubuhnya pada tentakel itu. Padahal jika dirinya berniat untuk lari, ia bisa melarikan diri.
Aku tak punya waktu untuk berpikir. “Kage Shuriken no Jutsu!”
Kage Shuriken yang menggeram itu memotong tentakel yang melilit Reishi dari akarnya.
Reishi terjatuh dan― seharusnya, ia tidak mati.
Ia tidak mungkin mati jika hanya sebatas ini!
“!”
Jika aku tidak salah lihat, sejenak, Reishi terlihat seperti tersenyum. Ia mengambil sesuatu dari dadanya dan melemparnya ke wajah Rouen.
Kepulan asap menggantung di wajah monster itu.
“Reishi!”
Reishi terjatuh dengan kekuatan.
Rouen itu menggelengkan kepalanya, dan melenyapkan asap itu. Lalu, monster itu berjalan seperti tak ada apa pun yang terjadi.
“Apa yang kau lakukan!?”, aku menggertakkan gigiku.
Setiap detiknya, tetesan seperti timah jatuh di kepalaku.
―Waktunya tersisa 20 detik lagi..... Tak ada waktu untuk berdiam diri!
Aku mengejar Rouen itu.
“Chidori Nagashi!”
Sambil bersuara, Chidori ini mengalir seperti jaring ke tanah, lalu mengejar pasukan penjaga kelompok dua yang memiliki Oozutsu.
“Tak akan lagi kubiarkan kalian menghalangiku!”
Para pasukan yang tersengat listrik itu terjatuh.
―15 detik.
Saat itulah tiba-tiba Rouen itu mengentikan langkahnya.
“?”
Sebuah bintik cahaya hijau, dan sebuah lagi terbang dan menempel ke wajah Rouen itu.
Monster itu melambaikan tangannya dengan berisik di hadapan wajahnya sendiri.
Dari rerumputan, halaman perumahan, puncak pepohonan, tepi sungai― Shogun Shachuu itu menari-nari tanpa suara. Cahaya hijau itu mengalir ke wajahnya seperti aliran sungai. Dengan segera, Rouen itu diselimuti oleh cahaya hijau.
―10 detik.
“Begitu ya..... kau berhasil, Reishi”
Benda yang tadi dilempar olehnya― itu adalah bubuk aroma Shogun Shachuu yang dikombinasikan secara khusus untuk Kina.
―9 detik.
Seberapapun monster itu mengusirnya, cahaya hijau itu akan terus kembali.
“Berdirilah, Reishi!”, aku menampar Reishi yang tersungkur. “Ini bukan saatnya untuk tidur!”
―8 detik.
Aku mengelilingi Rouen yang telah menghentikan langkahnya, lalu terbang melompat ke kepalanya sambil menarik pedang.
Serangga-serangga itu terkejut dan berpencar serentak.
Saat diselimuti cahaya hijau itu, aku dapat merasakan Reishi dari dekat. Setiap bintik cahaya itu terkandung perasaan seorang kakak terhadap adiknya.
―7 detik.
DOSH!
Aku menancapkan pedang ini di dagu bagian atas Rouen. Kugenggam gagangnya dengan kedua tangan, lalu merobeknya sampai dagu bagian bawah sekaligus.
Jeritan itu keluar dari mulutnya yang dijahit, dan darahnya menetes.
―6 detik.
“Monster sialan”
Aku menangkap cahaya hijau yang ada di seberang dengan mata merahku yang terbuka lebar.
Saat itu juga, aku mengetahui segalanya tentang Mangekyou Sharingan ini. Jika harus kucontohkan, ini sama seperti seekor ikan yang baru saja menetas dari sebutir telur, tapi ia tahu bagaimana caranya berenang dengan baik tanpa harus diajarkan.
―5 detik.
“Bersiaplah”, rongga dalam mataku berdenyut. “Sekarang, aku akan masuk ke dalam dirimu”
―4 detik.
Sambil mengerlipkan cahayanya dengan tenang, serangga-serangga itu menari dalam kekacauan.
GOOONG.....
Suara lonceng itu bergema. Itu adalah tanda yang menyampaikan permulaan Genjutsu ini.
―3 detik.
Pada saat itu, langitnya memerah, daratannya menghitam, semua kehidupan telah berhenti.
Cahaya di mata Rouen itu― menghilang.
―2 detik.
Burung gagak yang tak terhingga menutupi dunia ini, saat kuperhatikan, aku berdiri di tempat itu.
.
.
.
Bersambung
Comments
Post a Comment