Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2020

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 6.3

Tanpa sepengetahuanku, musik festival itu sudah tak terdengar.  Kami berdua menuruni pegunungan, lalu menyusuri gerbang terakhir.  Saat berjalan sedikit menuju laut senja, kakek nahkoda yang menyeberangiku kemari sedang tertidur di atas kapal.  Angin laut melintasi pohon pinus.  Saat aku berniat untuk memanggilnya, Kina menarik ujung pakaianku. “Sasuke.....”, ucapnya dengan suara yang lemah. “Aku, tak akan pergi” “........” “Bagaimanapun..... hal ini terasa aneh”, seolah mengatakannya pada diri sendiri, Kina melanjutkan ucapannya. “Hal ini terasa seperti ada lubang besar yang terbuka di benakku..... aku seperti melupakan sesuatu yang berharga” “Hal yang kau lupakan adalah”, entah bagaimana, aku melontarkan kebohongan yang menjerat lidahku. “Hal yang tak perlu kau ingat” “Tapi, jika apa yang dikatakan Sendou Jiryuu itu benar, di mana pedang penyegel milik Orochimaru itu?” “Pedangnya menjadi asap dan lenyap saat kau menebas Rouen itu” “Aku bahkan tidak bisa menyemburka...

CHAPTER 6.2

“Sasuke”, itu adalah kalimat terakhir Reishi. “Tolong jaga Kina” “!” Suara angin dan aliran sungai, bayangan awan, dan kicauan burung yang melintas― suara tenang dan dengan penuh kebanggaan Reishi, itu adalah bagian dari hal terbesarnya. Salah satu suara terindah yang ada di dunia ini.  “GAAAAAAA!” Monster itu menjerit dengan penuh penderitaan. Rouen itu mengaung dengan panjang bagai mengutuk langit.  “GAAAAAAA!” BATS! Serangan seperti karet yang putus itu membuatku terlempar. Kemudian, aku menyadari bahwa Genjutsu itu lepas.  Mataku sangat kabur karena belum terbiasa menggunakan Mangekyou Sharingan ini.  Mataku berdarah saat kuusap dengan tanganku.  Dalam dunia di mana warna telah menghilang, aku menyaksikan tentakel Rouen yang bangkit tanpa suara secara bersamaan itu. Tentakel yang tak terhingga jumlahnya menghantam lagi sejenak, kemudian, tentakel itu menelan Reishi seperti ombak besar berwarna perak.  Berikutnya, suara ledakan itu bergetar mengguncang d...

CHAPTER 6 ー UPACARA KEMATIAN

Lima hari kemudian, upacara kematian dilaksanakan untuk merayakan kemusnahan Rouen, dan untuk berdoa agar monster seperti itu tak muncul lagi untuk kedua kalinya. Kembang api meledak di udara, toko-toko berjajar, dan jalanan utama desa dipenuhi keramaian.  Tanpa diketahui penduduk desa bagaimana perjuangan Reishi, mereka bersenang-senang di kios itu, meminum alkohol, dan bersenda gurau di taman bermain.  Dalam hiruk pikuk kegembiraan dan musik festival, aku dan Kina berseberangan dengan tenang seperti dua bayangan. Di dalam lalu lalang penduduk desa, ada juga orang yang menggangguk ke arahnya, menepuk pundaknya, dan menyapanya dengan ramah. Setiap kali hal itu dilakukan padanya, Kina hanya membalasnya dengan senyuman yang samar.  Saat mendekati alun-alun, aku melihat keramaian.  Orang yang berada di tengah-tengah kerumunan itu adalah, Sendou Jiryuu.  Sendou Jiryuu yang menarik ujung pakaiannya yang sobek, ia melebarkan matanya, dan menceritakan aksi heroik Kodon...

CHAPTER 5.3

Saat membuka mata, di sana adalah sebuah hutan yang dalam, di mana kabut malam dapat masuk ke dalamnya.  Sekelilingnya gelap gulita, namun di mataku, aku dapat melihat segalanya dengan jelas.  Bulan merah yang mengalirkan air mata darah itu menggantung di langit.  Aku merasakan keberadaan binatang-binatang buas yang tak dikenal di mana-mana.  Aku menyelinap masuk ke dalam hutan itu.  Saat melangkah sejenak, di sana terdapat batu prasasti yang kuingat― batu prasati milik kuil Kodon. Huruf <祀> (Dibaca “Shi” yang artinya “Sembahyang”), serigala dan harimau yang saling meringis.  Tapi, saat ini, tak ada yang hilang pada batu prasasti di hadapanku, bukan hanya itu, batu itu diselimuti oleh Chakra hitam.  Huruf <封> (Dibaca “Fuu” yang artinya “Segel”) terukir di punggung serigala itu.  Bagian lapuk yang tak terlihat di monumen kuil itu, aku dapat melihatnya dengan jelas di monumen ini.  Yang terukir di punggung harimau itu adalah― <7...

CHAPTER 5.2

Aku dan Reishi mengejar Rouen itu di tengah hujan yang landai. Reishi membawa Kunai di kedua tangannya.  “Memangnya kau pikir benda seperti itu akan berguna?” “Aku menaruh racun pada Kunai ini”, ucap Reishi. “Jika tersentuh, gajah pun bisa terbunuh” Kami berdua mengelilingi monster itu, menendang pohon besar, lalu berpencar ke arah kanan dan kiri secara bersamaan.  Pertama-tama, Reishi melemparkan Kunai dari arah kanan. Kunai itu segera menuju ke arah mata monster itu, tapi Kunainya ditepis oleh tentakel di punggungnya tanpa sisa.  “Tidak berhasil, ya!” Pada kesempatan itu, aku meluncurkan serangan dari arah kiri. Sambil mengeluarkan Chidori di tangan kananku, aku membuat segel dengan tangan kiri.  Tentakel Rouen itu melebar seperti bulu kucing yang meremang. Sembari merobek udara seperti cambuk, ia menyemburkan cahaya perak dan menyerang.  Aku menarik nafas dalam-dalam, membuat lingkaran pada ibu jari dan jari telunjuk dengan tangan kananku, lalu mendekatkannya...