Skip to main content

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 4.5

“Jangan!”, Reishi menghentikan langkahku yang mencoba untuk keluar. 
“Sasuke, tolong tetap di sini! Jika kau keluar, itu akan semakin memancing amarah mereka!”
“Ini bukan saatnya untuk berkata seperti itu!”, aku mencoba menyapu segalanya dan mengayunkan lenganku. “Kalau terus seperti ini, mereka akan menggantung Kina!”
“Tak akan kubiarkan”
“Apa yang akan kau lakukan!?”
Sementara itu, jeritan di luar terlantun di langit malam, dan bebatuan itu terus masuk ke dalam. Kamarnya sudah hancur berantakan. 
“Tolong ubah dirimu menjadi Kina dengan Henge no Jutsu”
“.....?”

“Aku akan keluar di hadapan penduduk desa”, Reishi menatapku dan mengatakannya dengan kuat. “Mungkin, ini tak akan selesai dengan mudah. Mungkin aku akan terbunuh..... tapi, yang membunuhku adalah kau, Sasuke”
“!”
“Ini adalah skenario bahwa adik lelaki akan mengalahkan kakak lelaki seorang pembunuh yang akhirnya dilukai oleh semua orang..... Dengan begitu, Kina..... mungkin hanya Kina yang akan diampuni”, Reishi membalikkan tumitnya saat berkata seperti itu. 
“Tu, tunggu, Reishi!”, saat berniat menangkap bahunya, penglihatanku tiba-tiba diselimuti oleh kegelapan putih. 
“!?”
Aku kehilangan keseimbangan, dan jatuh dari bahu ke perapian. Abu itu membumbung tinggi, lalu merasuki mata, mulut, dan hidungku. 
Mataku terasa dingin.
Seperti membeku. 

Kegelapan putih ini semakin memudar. Seperti gelas kaca yang membeku dalam udara dingin, kabut putih berputar di dalam mataku. 
Reishi menegakkan punggungnya dan keluar dari kamar. Yang bisa kulihat hanyalah bayangan samar itu. 
Karena itu, dari sosok punggung Reishi yang semakin menjauh, aku tidak bisa membayangkan sedikit pun keraguan, penyesalan, atau kesedihan apa pun. 
Selangkah demi selangkah, ia melangkahkan kakinya. Seperti, akan pergi ke suatu tempat yang luar biasa― benar, menuju ladang di mana bunga melati akan mekar, menuju tempat di mana Kina tak akan tersakiti, dan menuju ke rumah di mana kakak beradik bisa saling tertawa. 
“Jangan pergi, Reishi!”, jeritku sambil mengusap mata. “Jika jumlahnya hanya sebanyak ini, aku akan menghabisinya sendiri! Karena itu..... karena itu, jangan pergi!”
“Sasuke, saat ini, seharusnya kau tidak bisa melihat apa pun”, sebelum melewati tirai, Reishi menoleh ke belakang dan tampak sedikit tersenyum. 
“Saat pertama kali Itachi memakai obat mata itu, ia juga mengalami kebutaan sesaat. Tak perlu khawatir, seharusnya esok pagi penglihatanmu akan membaik”

“.....tck!”
Alih-alih kehilangan pandangan dengan cepat, malam itu kembali bangkit di dalam mataku. Malam di mana Itachi membunuh ayah dan ibu. 
Aku mengejarnya dan menjatuhkan ikat kepalanya dengan Kunai. Itachi memungut ikat kepala itu dan mengikatnya kembali, lalu menoleh ke arahku. 
Ingatan yang jauh tenggelam di dalam lubuk hati, bagaikan bulan purnama yang menggantung di hatiku. Saat itu, Itachi―

Menangis.

Tanpa melakukan apa pun, aku hanya bisa melihat Reishi yang ditelan oleh bayangan raksasa, dan melihat malam di mana Itachi melebur ke dalam bayangan raksasa itu. 
“Akhirnya keluar juga!”, bagian luar gerbang bergema. “Habisi dia!”
Jeritannya semakin menjadi. 
Hampir tidak bisa melihat apa pun, aku keluar ke taman dari teras, lalu melompat ke atap gedung utama. 

Di depan gerbang, mungkin itu adalah obor api, bintik-bintik cahaya itu semakin bertumpuk lagi dan lagi. 
Aku bahkan tahu bahwa saat ini Reishi sedang berada di dalam kemurkaan walaupun tidak melihatnya. Ia dipukuli dan ditendang seperti anjing. Pemandangan itu terlitas di kepalaku. 
Reishi telah memahami bahwa situasi seperti saat ini akan tiba. Jika tidak, ia tidak mungkin bisa membuat strategi secara instan. 
Reishi pasti telah menyiapkan seratus skenario untuk Kina. Jika tidak, ia tidak mungkin tertawa seperti itu. 
Tobi tidak berbohong padaku. Setidaknya, tentang Itachi. Jika tidak, penjelasan tentang air mata Itachi pada malam itu tak akan sampai padaku! 
“Mereka, telah membunuh bawahanku!”, aku ingat suara kegirangan itu. Sendou Jiryuu. 
“Karena ada seseorang yang mengawasi kalian! Oi, kalian semua, jangan biarkan adikknya lari juga!”
Ah, ke mana pun melangkah, neraka adalah tempat akhirnya. Meskipun mengikuti perkataan Reishi, maupun tidak. 
Dan juga, mengikuti perkataan Itachi, maupun tidak. 

Apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan Reishi?
Apa yang bisa kulakukan agar tidak membuat Kina sedih?
Apa yang bisa kulakukan agar aku tersenyum dan bisa mengenang Itachi?
“Aku mengerti, Reishi.....”, bisikku lalu merapatkan jemari. 
“Akan kulakukan sesuai keinginanmu..... Henge no.....”
“Hentikan!”
“!”
Aku membatalkan Henge no Jutsu itu, lalu menyipitkan mataku pada bayangan yang melompat keluar dari rumah. 
“Hentikan!”, Kina berteriak sekuat tenaga. “Mengapa kalian memukuli kakakku! Kalian semua, tak akan kuampuni!”
“Ja, jangan kemari, Kina!”, itu suara Reishi. “Kau tidak ada hubungannya! Cepat kembalilah ke kamarmu!”
“GYAHAHAHA! HAHAHAHAHA!”, suara tawa keras Sendou Jiryuu. “Bocah ini, keluar dengan sendirinya! Serangga musim panas yang masuk ke dalam api!”
Kina mendapatkan perlakuan kejam yang tak kalah dengan Reishi. 
“Hentikan, jangan memukuli Kina!”, Reishi hampir kebingungan. “Kalian semua, hentikan, kumohon hentikan..... Kina tak bersalah..... hentikan!”

Meskipun aku hanya bisa melihat hal-hal itu secara garis besar, aku merasa seperti melihat jelas kedua orang tuanya yang dihina, ditertawai, dipukuli, diludahi, mendekati Kina yang sedang terjatuh dan menendangnya. 
Di depan gerbang itu, kekacauan semakin menjadi. 
“Bunuh mereka!”, Sendou Jiryuu memicu semua orang yang ada di sana. 
“GYAHAHAHA! HAHAHAHA! Jangan lupakan apa yang pernah orang tuanya lakukan!”
“Polisi!”, cahaya seperti lampion itu mengalir menuju Rengyoudou. “Ada apa ribut-ribut! Bubarlah sekarang juga! Pulanglah dengan tenang!”
“Jangan bercanda!”, penduduk desa saling berteriak. “Kakak beradik ini adalah pelaku peristiwa Miira, tahu!”
“Serahkan saja hukumannya pada kami! Kalau tidak, kami akan menyeret kalian!”
Penduduk desa yang hilang kendali juga menyerang polisi itu. 
Sepertinya saling pukul terjadi di mana-mana. 
Kabut putih ini menyelimuti segalanya.

Jeritan dan teriakan itu terus berputar dan menjadi-jadi. 
Seberapapun aku memicingkan mata ini, yang bisa kulihat hanyalah genangan putih. 
Aku menendang atap dan melompat menanggapi jeritan Reishi. 
Tapi, aku tidak bisa menggapai tempatnya. 
Saat suara ledakan itu terdengar, tubuhku terhempas oleh ledakan angin. 
DUAR!
“!?”, aku berputar di langit dan memperbaiki posisi tubuhku, lalu tiba di puncak pohon. 
“Apa itu!?”
Aku sama sekali tak mengerti apa yang terjadi.
Saat ini aku berada di atas pohon Buna di area kuil. 
Dari Rengyoudou ke tempat ini, setidaknya berjarak 55 meter. Sejauh inikah diriku terhempas!?
Saat aku melihat ke sekeliling arah, Rengyoudou telah sepenuhnya diselimuti oleh Chakra yang mengerikan.
Hiruk pikuk yang baru saja terjadi beberapa saat menjadi hening seperti kebohongan. 
“Apa yang terjadi.....”
Aku mengusap mataku. 
Aku merasakan Chakra hitam yang luar biasa naik ke atas secara perlahan, seperti gunung. 
.
.
.
Bersambung

Comments

Popular posts from this blog

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Light Novel NARUTO Akatsuki Hiden Saki Midareru Aku no Hana (JUMP JBOOKS) Masashi Kishimoto, Shin Towada, 2015 Shueisha ―BUNGA KEJAHATAN YANG BERMEKARAN― PENGENALAN TOKOH Konan ― Shinobi dari Desa Amegakure Pein ― Shinobi dari Desa Amegakure Tobi ― Pria Bertopeng Zetsu ― Pria Misterius Uchiha Itachi ― Shinobi dari Desa Konohagakure Kakuzu ― Shinobi dari Desa Takigakure Sasori ― Shinobi dari Desa Sunagakure Hoshigaki Kisame ― Shinobi dari Desa Kirigakure Deidara ― Shinobi dari Desa Iwagakure Hidan ― Shinobi dari Desa Yugakure Uchiha Sasuke ― Shinobi dari Desa Konohagakure SINOPSIS Seorang anak lelaki yang ditemui oleh Uchiha Sasuke dalam sebuah perjalanan. Lalu, anak itu bercerita. Ia mengatakan bahwa keluarganya dibunuh oleh “Akatsuki”. “Akatsuki”― sekelompok orang luar biasa yang mengenakan jubah hitam dengan awan merah yang mengapung. Mereka membunuh, merampok, dan membakar. Demi dirinya sendiri, demi orang terkasih, demi uang dan doa, demi seni, demi kedamaian, dan demi bunga yang m...

PROLOG ― AKHIR DARI BALAS DENDAM

狼の哭く日 HARI KETIKA SERIGALA MENANGIS Masashi Kishimoto, Akira Higashiyama, 7 November 2012 Shueisha Diterjemahkan oleh dchazelleee (@96itachiuchiha) Cerita ini dimulai ketika Sasuke berhasil mengalahkan Itachi. Tobi menceritakan segala kebenaran tentang Itachi padanya, kemudian menyerahkan benda peninggalan Itachi. Setelah semua itu, Sasuke memutuskan untuk mencari tahu dan memastikan ucapan Tobi. Kemudian, Sasuke bergerak dengan nama tim Taka setelahnya. Tak ada cahaya yang terpantul di dalam mata ini  Suara yang menyentuh benak pun tak terdengar Tak ada jalan menuju masa depan Hanyalah kesedihan bak serigala yang bertiup kencang menuju dunia . . . Hujan membasahi wajahku― Sejak kapan hujan itu turun? Api hitam itu menelan hutan. Amaterasu itu menghanguskan pepohonan, burung, dan membakar ular. Mengapa benda seperti itu berada di depan mataku? Orang yang tergeletak di bawah kakiku, mengapa Itachi tergeletak di tempat sepert...

PROLOG 1

Sayap kegelapan menyembunyikan langit malam. Bintang-bintang itu berkelip dengan tenang.  Bulan perak yang ia amati dengan tenang menyelimutinya dengan lembut bagaikan buaian.  Namun, sinar rembulan itu terlalu enggan untuk menyinari kaki seseorang.  Ia memerlukan cahaya. Cahaya yang kuat untuk menerangi jalan yang harus ditempuh.  Kegelapan itu secara perlahan terusir ke ujung pegunungan di seberang lautan untuk memenuhi keinginan orang-orang seperti itu.  Bintang itu pergi, bulan itu bersembunyi, dan menyampaikan malam ini akan segera berakhir.  Cahaya permulaan― “Akatsuki”. Suatu ketika, cahaya itu mencoba membakar dunia Shinobi. . . . To be continued