Skip to main content

LIGHT NOVEL NARUTO AKATSUKI HIDEN: SAKI MIDARERU AKU NO HANA TERJEMAHAN

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

CHAPTER 4.3

Jidamagahara adalah sebuah hutan belantara, tempat di mana para Shinobi Amegakure dibunuh dengan keji. 
Tanaman Susuki (Tanaman yang tumbuh di pegunungan) bersinar merah saat matahari terbenam di musim gugur. 
Genangan air berukuran besar yang disebabkan oleh ledakan Jidama, dan awan merah di sore hari tercermin pada permukaan air yang berkilauan. 
Aku dan Reishi berdiri di hutan belantara yang tertutup oleh tanaman Susuki. 
“Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Reishi tak menjawab apa pun. Ia hanya diam dan berdiri di sana. 
Aku tak dapat mempercayai pemandangan yang ada di depan mataku. 
Matahari terbenam itu mewarnai langit merah. 
Tepat seperti yang dikatakan Reishi. 
Sepertinya, aku memang benar-benar tak mengerti apa pun. Alasan mengapa ia menertawakanku saat aku mengatakan bahwa ia adalah pelaku peristiwa Miira (Mumi) itu, juga hal yang benar-benar ingin ia sampaikan pada cerita Otogirisou itu, dan juga alasan mengapa ia bersikeras agar aku tak mengikutinya― aku tidak tahu apa-apa.
Saat angin berhembus kencang, lautan Susuki itu berombak besar, dan mayat itu bergulung seperti jerami. 
Jidamagahara terdapat tanaman Susuki, genangan air, hantu Shinobi yang pernah dibunuh, dan selama kami memasuki area ini, mumi-mumi itu dalam keadaan tenang.  

Huruf  <仙> atau “Pertapa” yang terdapat di punggung para pria yang tergeletak itu berkibar ditiup angin. 
“Kina.....”, aku melihat sekitar. “Di mana Kina?”
Aku melihat sekeliling dengan putus asa, dia tak ada di mana pun.
Aku tak tahu apa yang harus kupikirkan. 
Aku melirik Reishi dari samping, ia mengeluarkan sebuah vas kecil dari dadanya, lalu membuka tutupnya. Dengan segera, Shougun Shachuu yang bersinar hijau merangkak keluar dari vas itu, lalu terbang melebarkan sayapnya. 
“Ke arah sini”
Aku mengikuti Reishi tanpa memahami apa pun. 
Kemudian, Reishi berjalan lurus mengejar serangga itu. 
Saat menyeberangi Jidamagahara, hutan yang gelap semakin mendekat. 
Sepertinya, serangga-serangga itu mengetahui arah tujuan kami dengan baik. Kami mengejar serangga itu, lalu menembus masuk ke dalam hutan dengan perlahan. 
Setelah berjalan beberapa saat, area sekitarnya sedikit terpancar cahaya hijau. 

“!”, aku berteriak. “Kina!”
Kina tergeletak di bawah pohon Sugi yang besar. 
Reishi bergegas dan menyingkirkan Shougun Shachuu yang menghinggapi adiknya. Serangga-serangga itu menyingkir untuk sementara, tapi kemudian berkumpul ke arah Kina. 
Pada jarak yang sedikit terpisah dari tempat kami, terdapat pancaran sinar yang sangat kuat. 
“?”
Aku mendekat dan memungutnya. 
“!”
Ini adalah topeng elang milik Kina.
“Oi, Reishi..... Sebenarnya apa yang.....”
Aku yang berbalik padanya, tanpa sengaja menutup mulutku. 
Reishi mengeluarkan asap berwarna ungu muda dari mulutnya. 
Aroma yang melewati ujung hidungku..... kemarin malam, aroma yang kupikir aroma bunga melati, aroma yang memusingkan kepalaku. 
Kina menghirup asap itu melalui mulut dan hidungnya. 

Reishi membuat segel dengan cepat. 
“Korou Tsuushin!”
Jantungnya berdegup kencang saat Reishi menusuk beberapa daerah tubuhnya. 
Reishi menatap mata adiknya yang terbuka, lalu mengucapkan mantra. Mantra yang mengalir tanpa stagnasi itu seperti lagu pengantar tidur. 
Perlahan, kelopak mata Kina semakin tertutup. 
Reishi melanjutkan mantranya sampai adiknya menutup mata seutuhnya. Kemudian, ia memakaikan plastik besar dari kepalanya, lalu menggendongnya di bahu. 
“Oi..... apa yang kau lakukan padanya?”
“Bicaranya nanti saja”
Reishi menuju ke luar hutan. 
Saat itu, untuk pertama kalinya aku menyadari adanya suara seseorang mendekat dari arah Jidamagahara. 
Suara samar itu seperti tersapu oleh angin, tapi kedengarannya orang itu sedang terburu-buru. 

Sepertinya, seseorang telah menemukan mayat. Sambil menggendong adiknya, Reishi menendang tanah, lalu melompat ke puncak pohon. 
Aku juga mengikutinya. 
Serangga-serangga itu mengejar topeng milik Kina. 
Aku menaikkan kecepatan, lalu sejajar dengan Reishi. 
“Topeng itu telah diresapi oleh aroma betina dari Shougun Shachuu”, ucap Reishi sambil melangkah maju dan menendang ranting. 
“Tadi itu, apa yang kau lakukan padanya?”
“Aku menghipnotisnya..... agar ia melupakan segalanya saat tersadar”
“Dengan kata lain, itu berarti..... bahwa pelaku peristiwa Miira itu adalah Kina?”
“........”
Reishi tetap menatap ke depan tanpa menjawab pertanyaanku.
Aku benar-benar sangat bodoh! 
Aku memutuskan hal seenaknya, memeluk persahabatan yang penuh kasih terhadap Reishi dengan kepuasan diriku sendiri, dan mencoba berbagi ilusi dengan egois. 

―Setiap orang terikat dan hidup dengan mengandalkan pengetahuan dan persepsi mereka masing-masing. Itulah yang disebut dengan kenyataan.....
Itachi mengatakan hal itu padaku saat pertempuran terakhir. 
―Tapi, mungkin saja kenyataan itu adalah ilusi.....
Ah, Itachi..... Lagi-lagi, kau benar. Aku sudah tidak bisa membedakan mana yang kenyataan, dan mana yang ilusi. 
―Mungkinkah adiknya bermaksud untuk melampaui kakaknya?
Meski Otogirisou itu berlumuran darah seorang adik laki-laki, namun hati Reishi senantiasa berbunga. Bagaikan sebuah kutukan abadi yang tak akan lenyap. Agar darah itu tidak mengalir pada adiknya, hal itu sebagai peringatan untuk dirinya sendiri. 
―Saat itulah, aku akan mendukungnya sepenuh hati..... agar tidak menjadi penghalangnya, demi Kina, sebagai seorang kakak, aku akan memikirkan hal yang bisa kulakukan untuknya.....
Bagaimana caranya, agar aku bisa melampaui Itachi?
Punggung Reishi yang sedang melompat, baru pertama kali aku melihatnya dengan jelas. 
Sosoknya tumpang tindih dengan Itachi. 

Reishi selalu melakukan hal ini demi melindungi adiknya. Seberapapun ia dibodohi oleh Kina, seberapapun ia dianggap pengecut oleh penduduk desa, bagai merebus ramuan herbal, Reishi melakukan apa yang harus ia lakukan. Tanpa ada seorang pun yang berterima kasih padanya, ia menyembunyikan dirinya sendiri, tanpa dipedulikan oleh orang yang paling ia cintai di dunia ini. 
Meskipun begitu..... meskipun begitu, Reishi―
“Sasuke.....”, ucap Reishi. “Kumohon..... kumohon jangan beritahukan hal ini pada Kina”
Ah, Reishi dan Itachi, mereka berdua sangat mirip. 
“Aku mengerti”, hanya itu yang terucap dari mulutku. “Tenanglah”
Reishi sedikit tersenyum padaku dari balik bahunya. 
.
.
.
Bersambung
.
Gaes, mohon maaf karena terjadi mistranslasi. Arti "Miira" adalah "Mumi", bukan mayat kering T_T sekali lagi mohon maaf ya, karena mimin hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan :")
Keep stay tuned and have a nice day ya ^^

Comments

Popular posts from this blog

PENGENALAN TOKOH & SINOPSIS

Light Novel NARUTO Akatsuki Hiden Saki Midareru Aku no Hana (JUMP JBOOKS) Masashi Kishimoto, Shin Towada, 2015 Shueisha ―BUNGA KEJAHATAN YANG BERMEKARAN― PENGENALAN TOKOH Konan ― Shinobi dari Desa Amegakure Pein ― Shinobi dari Desa Amegakure Tobi ― Pria Bertopeng Zetsu ― Pria Misterius Uchiha Itachi ― Shinobi dari Desa Konohagakure Kakuzu ― Shinobi dari Desa Takigakure Sasori ― Shinobi dari Desa Sunagakure Hoshigaki Kisame ― Shinobi dari Desa Kirigakure Deidara ― Shinobi dari Desa Iwagakure Hidan ― Shinobi dari Desa Yugakure Uchiha Sasuke ― Shinobi dari Desa Konohagakure SINOPSIS Seorang anak lelaki yang ditemui oleh Uchiha Sasuke dalam sebuah perjalanan. Lalu, anak itu bercerita. Ia mengatakan bahwa keluarganya dibunuh oleh “Akatsuki”. “Akatsuki”― sekelompok orang luar biasa yang mengenakan jubah hitam dengan awan merah yang mengapung. Mereka membunuh, merampok, dan membakar. Demi dirinya sendiri, demi orang terkasih, demi uang dan doa, demi seni, demi kedamaian, dan demi bunga yang m...

PROLOG ― AKHIR DARI BALAS DENDAM

狼の哭く日 HARI KETIKA SERIGALA MENANGIS Masashi Kishimoto, Akira Higashiyama, 7 November 2012 Shueisha Diterjemahkan oleh dchazelleee (@96itachiuchiha) Cerita ini dimulai ketika Sasuke berhasil mengalahkan Itachi. Tobi menceritakan segala kebenaran tentang Itachi padanya, kemudian menyerahkan benda peninggalan Itachi. Setelah semua itu, Sasuke memutuskan untuk mencari tahu dan memastikan ucapan Tobi. Kemudian, Sasuke bergerak dengan nama tim Taka setelahnya. Tak ada cahaya yang terpantul di dalam mata ini  Suara yang menyentuh benak pun tak terdengar Tak ada jalan menuju masa depan Hanyalah kesedihan bak serigala yang bertiup kencang menuju dunia . . . Hujan membasahi wajahku― Sejak kapan hujan itu turun? Api hitam itu menelan hutan. Amaterasu itu menghanguskan pepohonan, burung, dan membakar ular. Mengapa benda seperti itu berada di depan mataku? Orang yang tergeletak di bawah kakiku, mengapa Itachi tergeletak di tempat sepert...

PROLOG 1

Sayap kegelapan menyembunyikan langit malam. Bintang-bintang itu berkelip dengan tenang.  Bulan perak yang ia amati dengan tenang menyelimutinya dengan lembut bagaikan buaian.  Namun, sinar rembulan itu terlalu enggan untuk menyinari kaki seseorang.  Ia memerlukan cahaya. Cahaya yang kuat untuk menerangi jalan yang harus ditempuh.  Kegelapan itu secara perlahan terusir ke ujung pegunungan di seberang lautan untuk memenuhi keinginan orang-orang seperti itu.  Bintang itu pergi, bulan itu bersembunyi, dan menyampaikan malam ini akan segera berakhir.  Cahaya permulaan― “Akatsuki”. Suatu ketika, cahaya itu mencoba membakar dunia Shinobi. . . . To be continued