Itu hanyalah Shuriken kertas, bukan masalah besar.
Di tempat ini, tempat di mana angin berhembus dari dasar lembah dan puncak gunung, tampaknya hal itu menyulitkan Shuriken kertas agar dapat terbang dengan lurus.
“Begini..... lalu, begini”
“Sisanya lakukan sendiri”, lontarnya setelah memperlihatkan bentuk lemparan Shuriken kertas itu pada mereka. Meski Sasuke tidak pandai bicara dan tidak memiliki kepedulian yang baik, jika hanya sebatas ini, ia mampu mengatasinya.
“Baiklah! Kak Sasuke, perhatikan bentuk lemparanku dengan tidak sengaja ya!”
“Yang benar itu perhatikan baik-baik, bukan dengan tidak sengaja.....”
Mulanya, kami akan meninggalkan tempat ini lebih awal, tapi akhirnya Sasuke duduk di akar anak pohon itu seperti kalah dengan tatapan polos Komitsu.
“Maaf telah membuatmu menjadi lawan.....”
“Tidak bisa diprediksi. Aku akan pergi jika sudah jenuh”, ucap Sasuke singkat pada Oomitsu yang menggaruk wajahnya dengan perasaan bersalah. Terlepas dari hal itu, Oomitsu merasa lega dengan sikap alami Sasuke, lalu menundukkan kepalanya. Kemudian, ia mulai mengambil Shuriken yang dilempar Komitsu seolah membantunya.
“........”
Komitsu melempar Shuriken itu, lalu Oomitsu memungutnya. Komitsu menerima Shuriken yang diambilkan oleh Oomitsu, kemudian dilemparkan lagi. Dan Oomitsu mengambilkannya lagi untuknya.
“.....Oi”
Sasuke yang memandangi mereka sejenak kemudian menyapanya.
“Ada apa kak Sasuke?”
Komitsu berharap ia akan mendapatkan nasihat darinya, lalu Sasuke berkata.
“Oomitsu, kau, berdirilah di sampingku. Komitsu, ambilah sendiri Shuriken kertas itu”
“Ee―!”
Merepotkan, lalu Komitsu memanyunkan bibirnya.
“Jika kau tak menuruti perkataanku, cukup sampai di sini saja”, ucap Sasuke yang bangkit berdiri.
“Ah, tunggu, tunggu dulu! Baiklah..... aku akan mengambilnya sendiri”
Komitsu menyetujuinya dengan enggan, kemudian berlari mengambil Shuriken kertas itu. Sambil memperbaiki kalimat Komitsu yang salah, Oomitsu berdiri di samping Sasuke.
“Err, aku, tidak masalah dengan peran itu.....”
Sasuke menatap ringan pada ucapan diam-diam Oomitsu. Oomitsu terkejut dan bergetar.
“Jika mengambilnya sendiri, maka ia bisa mengetahui perubahan jarak lemparnya. Kemudian, karena kau terus mengambilkannya, berat tubuhnya akan bertambah dengan setiap lemparan. Jika kau terus membantu dan memanjakannya, ia tak akan berkembang”
“Ah, .....begitu rupanya, benar juga ya”
Oomitsu yang telah menyadarinya terduduk di tempat itu. Komitsu pergi mengambil Shuriken itu dengan sungguh-sungguh, meskipun awalnya ia mengatakan itu adalah hal yang merepotkan.
Raut wajah Oomitsu perlahan memurung saat melihat sosoknya seperti itu.
“.....Aku ini, tidak berguna. Entah aku terlalu berlebihan dalam melindunginya atau apa pun itu..... aku memiliki kebiasaan untuk membantunya agar tidak gagal..... Hari ini, jika kau tidak ada, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.....”
Oomitsu meratapi dirinya yang tak berguna sambil menenggelamkan wajah dan memeluk lututnya. Sasuke melihatnya sekilas dari samping, lalu kembali melihat ke arah Komitsu.
Apakah seorang kakak memang terlahir untuk memikul beban adiknya tanpa sadar?
“Kak Sasuke! Tolong contohkan padaku sekali lagi!”
Di sisi lain, Sasuke merasa ada sesuatu yang tumpang tindih padanya saat melihat sosok Komitsu yang kegirangan dengan polosnya, tanpa mengetahui bagaimana perasaan Oomitsu.
Welp, Sasuke mulai memahami gimana perasaan Itachi sebagai seorang kakak, kayaknya..
ReplyDelete